Jakarta (ANTARA) - Literasi tidak hanya dibatasi sebagai upaya menumbuhkan minat dan budaya baca tulis. Literasi di desa dimaknai sebagai proses kreatif dalam memfasilitasi hasil belajar masyarakat menjadi berbagai bentuk kegiatan.

Pembudayaan literasi desa dilakukan melalui pengembangan perpustakaan desa atau taman bacaan masyarakat, pengembangan sekolah lapang atau pusat kegiatan masyarakat dan pembelajaran remaja desa.

Hal itu seperti yang dilakukan oleh Lenny Maryani, Kepala Desa Purwo Bakti, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, yang melakukan gebrakan dengan menjemput anak anak dengan menggunakan ambulans untuk datang ke perpustakaan desa. Perpustakaan desa juga dijadikan sebagai tempat bagi masyarakat, yang pekerjaannya mayoritas petani, untuk saling berbagi pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya.

Begitu juga dengan Desa Pangandon, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, yang mengalokasikan Dana Desa untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi para anak jalanan.

Desa Pangandon bekerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), memfasilitasi anak jalanan tersebut mengikuti pendidikan dengan mengikuti Program Kejar Paket B dan C. Setiap tahun, program itu dianggarkan sebesar Rp25 juta yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes).

Dirjen Pembangunan Desa dan Pedesaan Kemendes Sugito mengatakan potensi dan sumber kekayaan yang dimiliki sebuah desa tidak memiliki makna yang signifikan jika tanpa didasari oleh literasi.

Gerakan literasi merupakan orkestrasi yang tidak terlepas dari pembangunan kemajuan desa. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi.

Pendidikan menjadi syarat dan sarana efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) desa, mulai dari pendidikan anak usia dini atau PAUD hingga pengembangan keterampilan bagi warga desa, termasuk di dalamnya penyediaan taman bacaan atau perpustakaan desa.
IntInya, dalam program itu ada transfer pengetahuan yang bisa dilihat, baik itu melalui perpustakaan, yang dalam artian fisik atau mungkin juga melalui digitalisasi, yang saat ini merupakan sebuah keniscayaan di dalam proses membangun literasi pengetahuan.

"Kalau kita hanya melihat pada fungsi fisik saja, tapi tidak memanfaatkan teknologi informasi yang ada,” ujar Sugito dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan Tahun 2023 di Jakarta, belum lama ini.
Pembudayaan literasi di desa dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pengelolaan perpustakaan desa atau taman baca masyarakat (TBM), seperti melalui peningkatan kapasitas, pembelian buku, perbaikan ruang perpustakaan, dan fasilitasi internet.

Selain itu juga perlu kerja sama perpustakaan desa atau TBM dengan perpustakaan sekolah, fasilitasi penulisan sejarah, pengembangan sekolah lapang atau kegiatan belajar masyarakat serta pembelajaran para remaja desa.

Komitmen desa dalam pengembangan literasi desa dinilai cukup baik. Mengacu pada Indeks Desa Membangun (IDM) sebanyak 31.410 desa di Indonesia sudah mempunyai perpustakaan desa atau TBM. Dengan demikuan, tercatat masih ada 42.641 desa yang belum memiliki perpustakaan desa atau TBM.
Perlu pendampingan pengembangan literasi di desa, khususnya dalam pengembangan TBM dan perpustakaan desa, sehingga minat literasi masyarakat desa meningkat dan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia desa.

Prioritas penggunaan Dana Desa pada 2023, salah satunya untuk peningkatan kualitas SDM warga desa. Diharapkan pemerintah desa mengalokasikan Dana Desa untuk peningkatan literasi di desa.

Salah satu program dari peningkatan kualitas SDM adalah melalui pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana atau prasarana perpustakaan desa atau taman bacaan masyarakat, termasuk pengadaan buku dan bahan bacaan lainnya.


Literasi untuk kesejahteraan
Pemerintah, melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, mendorong peningkatan literasi untuk pengembangan riset dan inovasi. Literasi berkontribusi pada kecerdasan anak bangsa, sekaligus kesejahteraan masyarakat.

Direktur Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, Kedeputian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan KemenPPN/Bappenas Amich Alhumami mengatakan pengembangan perpustakaan merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk memperkuat dan meningkatkan kecakapan literasi.

Budaya literasi di kalangan penduduk Indonesia bisa berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Kita tahu bahwa kait mengait antara literasi dan kesetaraan itu sangat kuat, dan menunjukkan hal yang sama berdasarkan survei yang dilakukan.

Pemerintah berupaya untuk membangun kehidupan masyarakat yang mencerminkan kualitas bagi penduduk Indonesia dan menjadi bagian tanggung jawab moral negara, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus kesejahteraan umum dengan peningkatan kemampuan literasi.

Sejumlah instrumen yang ditempuh, yakni melalui perpustakaan revitalisasi perpustakaan melalui penyediaan anggaran yang memadai dan dukungan program teknis yang sepenuhnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat Indonesia itu sudah dijalankan secara bersama dan terus menerus upayakan diperkuat dan dikembangkan di waktu-waktu yang akan datang.

Perpustakaan bersama dengan pendidikan harus dimaknai sebagai bagian dari strategi kebudayaan untuk mewujudkan literasi society melalui suatu gerakan literasi yang bersifat kolektif.

Pihaknya menyakini perpustakaan bersama-sama dengan pendidikan sebagai bagian dan strategi kebudayaan untuk mewujudkan masyarakat literasi yang melek huruf dan angka, serta mempunyai kemampuan yang tercermin keterampilan kognitif dalam implementasi bacaan yang dibaca dan diterapkan di masyarakat.
Literasi menjadi kunci pengembangan inovasi dan teknologi selama pandemi COVID-19 dan berpotensi memperkuat produktivitas ekonomi serta membentuk tatanan baru kehidupan masyarakat Indonesia di masa depan.

Literasi dinilai menjadi kunci pengembangan riset dan inovasi sebagai kunci untuk meningkatkan produktivitas ekonomi.