Pembudidaya kakap putih Bandarlampung dapat pendampingan akses ke bank
8 Maret 2023 13:01 WIB
Pendampingan kepada pembudidaya ikan kakap putih di Bandarlampung guna medapatkan akses modal ke Bank Lampung. Bandarlampung, Rabu, (8/3/2023). (ANTARA/HO)
Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung memberikan pendampingan kepada pembudidaya ikan kakap putih di daerah itu, agar bisa mendapatkan akses permodalan dari perbankan.
"Saat ini kami sedang dalam pendampingan agar pembudidaya mendapatkan akses modal ke Bank Lampung, sehingga dapat meningkatkan usahanya," kata Koordinator Penyuluh Perikanan Kota Bandarlampung, Samsun Aribama, di Bandarlampung, Rabu.
Dia mengatakan pendampingan yang dilakukan oleh pemkot bersama penyuluh perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai dari pembuatan analisa usaha pemenuhan persyaratan, hingga survei lapangan oleh bank.
"Kemudian juga menguatkan kelembagaan pelaku utama perikanan dengan membentuk kelompok pembudidaya ikan agar ada pembelajaran informal, mulai dari administrasi dan pembekalan teknis kepada mereka," kata dia.
Dia mengatakan saat ini di Bandarlampung terdapat lima pembudidaya ikan kakap putih yang menggunakan keramba jaring apung (KJA) menghasilkan rata-rata 270 kilogram ikan kakap putih sekali panen.
"Rata-rata dalam satu KJA pembudidaya memiliki sembilan kolam budidaya ikan kakap putih. Dimana pembudidaya sekali sebar benih sebanyak 1.000 ekor. Diharapkan bila mereka bisa mendapatkan akses permodalan para pembudidya dapat meningkatkan produksinya," kata dia.
Dia pun terus mendorong masyarakat untuk ikut melakukan budidaya ikan kakap putih ini sehingga ketersediaan terjamin, sebab komoditas ikan ini memiliki potensi yang besar di pasaran.
"Untuk tujuan pasar ikan kakap putih ini memang lebih banyak memenuhi permintaan lokal tapi ada juga yang di ekspor melalui pengepul. Untuk harga ada di kisaran Rp40-50 ribu per kilogram untuk kondisi mati dan Rp80-90 ribu bila ikan dalam keadaan hidup," ujarnya.
Bama pun mengatakan bahwa kendala yang dihadapi oleh pembudidaya yakni mahalnya harga pakan pabrikan, sehingga dalam pengelolaan pakan pabrikan di atur pada tiga bulan awal.
"Sedangkan dalam 4-8 bulan pembudidaya memberikan pakan menggunakan ikan segar hasil tangkapan yang harganya murah (ikan rucah). Tapi ketersediaan ikan ini pun menjadi kendala karena bergantung pada hasil sampingan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan," kata dia.
Oleh karena itu, pemkot setempat dan KKP menawarkan solusi kepada para pembudidaya untuk membuat bagan apung untuk menangkap ikan untuk pakan kakap putih.
"Sehingga dengan demikian kebutuhan pakan kakap putih terhadap ikan rucah bisa dipenuhi sendiri, kalaupun kurang tidak banyak memenuhinya," kata dia.
"Saat ini kami sedang dalam pendampingan agar pembudidaya mendapatkan akses modal ke Bank Lampung, sehingga dapat meningkatkan usahanya," kata Koordinator Penyuluh Perikanan Kota Bandarlampung, Samsun Aribama, di Bandarlampung, Rabu.
Dia mengatakan pendampingan yang dilakukan oleh pemkot bersama penyuluh perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai dari pembuatan analisa usaha pemenuhan persyaratan, hingga survei lapangan oleh bank.
"Kemudian juga menguatkan kelembagaan pelaku utama perikanan dengan membentuk kelompok pembudidaya ikan agar ada pembelajaran informal, mulai dari administrasi dan pembekalan teknis kepada mereka," kata dia.
Dia mengatakan saat ini di Bandarlampung terdapat lima pembudidaya ikan kakap putih yang menggunakan keramba jaring apung (KJA) menghasilkan rata-rata 270 kilogram ikan kakap putih sekali panen.
"Rata-rata dalam satu KJA pembudidaya memiliki sembilan kolam budidaya ikan kakap putih. Dimana pembudidaya sekali sebar benih sebanyak 1.000 ekor. Diharapkan bila mereka bisa mendapatkan akses permodalan para pembudidya dapat meningkatkan produksinya," kata dia.
Dia pun terus mendorong masyarakat untuk ikut melakukan budidaya ikan kakap putih ini sehingga ketersediaan terjamin, sebab komoditas ikan ini memiliki potensi yang besar di pasaran.
"Untuk tujuan pasar ikan kakap putih ini memang lebih banyak memenuhi permintaan lokal tapi ada juga yang di ekspor melalui pengepul. Untuk harga ada di kisaran Rp40-50 ribu per kilogram untuk kondisi mati dan Rp80-90 ribu bila ikan dalam keadaan hidup," ujarnya.
Bama pun mengatakan bahwa kendala yang dihadapi oleh pembudidaya yakni mahalnya harga pakan pabrikan, sehingga dalam pengelolaan pakan pabrikan di atur pada tiga bulan awal.
"Sedangkan dalam 4-8 bulan pembudidaya memberikan pakan menggunakan ikan segar hasil tangkapan yang harganya murah (ikan rucah). Tapi ketersediaan ikan ini pun menjadi kendala karena bergantung pada hasil sampingan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan," kata dia.
Oleh karena itu, pemkot setempat dan KKP menawarkan solusi kepada para pembudidaya untuk membuat bagan apung untuk menangkap ikan untuk pakan kakap putih.
"Sehingga dengan demikian kebutuhan pakan kakap putih terhadap ikan rucah bisa dipenuhi sendiri, kalaupun kurang tidak banyak memenuhinya," kata dia.
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023
Tags: