Jakarta (ANTARA) - Yayasan Puri Kauhan Ubud meluncurkan buku dan film pendek Sastra Saraswati Sewana di Gedung Dharma Negara Alaya Denpasar, Bali, Jumat, untuk mengeksistensikan konsep Tri Angga.

“Apa yang telah dilakukan Yayasan Puri Kauhan Ubud merupakan wujud mengeksistensikan konsep Tri Angga (Ulu, Madya, dan Teben) yang terealisasi dalam bentuk kegiatan di Hulu “Batur”, Campuhan “Ubud”, dan Hilir “Ketewel”,” kata Wakil Wali Kota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ada tiga buku yang diluncurkan yang merupakan hasil kegiatan Sastra Saraswati Sewana 2022. Buku pertama berjudul "Toya Uriping Bhuwana Usadhaning Sangaskara" tentang catatan pemuliaan air masyarakat Bali, buku kedua ‘Nyapuh Tirah Campuhan’ yang menggambarkan jejak peninggalan masa lalu di DAS Oos, dan buku ketiga berjudul ‘Jaladhi Smreti’ menceritakan pelabuhan kuno di Ketewel.

Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana menyatakan bahwa ketiga buku ini saling terkait karena membahas tema air sebagai sumber kehidupan.

Di sisi lain, Dirjen Bimas Hindu Kemenag Duija menilai kegiatan Yayasan Puri Kauhan Ubud istimewa karena kegiatannya mampu menggabungkan teks dengan konteks dan mampu mengimplementasikan gagasan berbasis dasar pengetahuan yang kuat.

Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud bumikan "wariga" dan "usadha" Bali
Baca juga: Puri Kauhan Ubud luncurkan buku dan film soal pemuliaan air Bali


“Kegiatan ini menguatkan literasi kebudayaan Bali dan mampu menerjemahkan teks menjadi konteks. Mengingatkan dan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kita punya banyak nilai yang terpendam, perlu diketahui, dan membumikan dalam keseharian,” ucapnya.

Dalam acara tersebut disampaikan testimoni terkait program yang disampaikan Jero Gede Batur Duuran, Perbekel Keliki I Ketut Wita, dan Perbekel Ketewel I Putu Gede Widya Kesumanegara.

Mereka sepakat bahwa kegiatan Yayasan Puri Kauhan Ubud memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat di daerah-daerah yang menjadi lokasi kegiatan.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno dalam kesempatan itu menyampaikan sambutan secara daring.

Mensesneg mendukung upaya-upaya Yayasan Puri Kauhan Ubud dalam melestarikan nilai-nilai luhur masyarakat Bali, terutama kaitan pemuliaan air.

"Masyarakat Bali sejak dulu punya pengalaman panjang untuk melestarikan alam di sepanjang aliran sungai untuk mencegah bencana, menjaga ketahanan pangan, dan menyejahterakan masyarakat di sekitar,” tuturnya.

Pratikno menilai ketiga buku tersebut diharapkan dapat menginspirasi banyak pihak untuk menemukan solusi-solusi atas berbagai permasalahan, seperti degradasi air dan degradasi lingkungan hidup.