Paris (ANTARA) - Emisi CO2 terkait energi global meningkat 321 megaton (Mt) pada 2022 hingga mencatatkan rekor tertinggi sebesar lebih dari 36,8 gigaton (Gt), kata Badan Energi Internasional (IEA) dalam sebuah laporan pada Kamis (2/3).

Peningkatan tersebut lebih rendah dari yang diproyeksikan sebelumnya, kata IEA.

Peningkatan 0,9 persen di sepanjang 2022 jauh lebih lambat dibandingkan peningkatan lebih dari 6 persen pada 2021. Emisi dari pembakaran energi meningkat 423 Mt, sedangkan emisi dari proses industri turun sebesar 102 Mt.

"Meningkatnya penerapan teknologi energi bersih, seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, dan pompa panas, membantu mencegah tambahan emisi CO2 sebesar 550 Mt," catat IEA.

Pembatasan produksi industri, khususnya di China dan Eropa, turut mencegah emisi tambahan, imbuh badan tersebut.
Peralatan pemuat batubara beroperasi di pembangkit listrik termal di Berlin, Jerman, 9 Januari 2023.(Xinhua/Ren Pengfei)


Peningkatan emisi sektoral terbesar pada 2022, yakni sebesar 261 Mt, berasal dari pembangkit listrik dan panas, jelas IEA.

Namun, badan tersebut menekankan bahwa pertumbuhan mengesankan dari pembangkit tenaga surya (photovoltaic/PV), pembangkit tenaga angin, dan teknologi-teknologi energi bersih lainnya telah membantu mencegah peningkatan emisi CO2 global lebih lanjut.

Total emisi gas rumah kaca terkait energi pada 2022 meningkat sebesar 1 persen ke angka 41,3 Gt ekuivalen CO2, level tertinggi yang pernah tercatat.
Seorang wanita mengisi bahan bakar mobil di pom bensin di Arlington, Virginia, Amerika Serikat, 18 Januari 2023. (Xinhua/Liu Jie)