Jakarta (ANTARA) - Perusahaan jasa keuangan global JP Morgan memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 7.500 pada akhir tahun 2023.

Senior Country Officer JP Morgan Indonesia Gioshia Ralie dalam keterangan di Jakata, Kamis, mengatakan proyeksi tersebut datang ketika pasar saham lokal telah melihat aliran dana asing keluar (capital outflow) sejak awal tahun.

Menurut dia, capital outflow tersebut karena investor memindahkan dana ke China setelah ekonomi terbesar kedua di dunia itu membuka kembali perbatasan dan mencabut kebijakan zero tolerance COVID-19 selama tiga tahun.

“Kami percaya bahwa aliran dana ekuitas yang keluar baru-baru ini sebagian besar didorong oleh adanya pembukaan kembali perdagangan dari China, dimana investor menggunakan Indonesia sebagai sumber pendanaan setelah kinerja pasar saham yang luar biasa tahun lalu,” ujar Ralie.

Dia menjelaskan pada dasarnya konsumsi domestik tetap kuat dan pendapatan perusahaan bahkan tumbuh tinggi, dan pasar saham Indonesia akan tetap memiliki outlook positif tahun ini karena investor memutuskan untuk buy on weakness.

Selain itu, lanjut dia, nilai tukar rupiah Indonesia yang menguat dan naik sekitar 3 persen tahun ini terhadap dolar AS karena investor asing kembali ke pasar obligasi lokal, juga akan memberikan iklim investasi yang suportif terhadap pasar saham dalam waktu dekat.

“Rupiah yang lebih kuat tentu dapat menguntungkan pasar, di mana apresiasi rupiah sebesar 1 persen terhadap dolar AS dapat meningkatkan laba bersih per saham sebesar 1 persen, dengan asumsi hal lainnya tetap konstan,” ujar Ralie.

Ralie melanjutkan penguatan rupiah juga merupakan kabar baik bagi importir dengan menggunakan dolar AS, terutama perusahaan consumer goods yang mengimpor bahan baku, dan juga perusahaan dengan eksposur utang menggunakan dolar AS.


Baca juga: OJK: IHSG menguat dengan dana asing masuk Rp3,38 triliun
Baca juga: IHSG ditutup menguat di tengah pelemahan bursa global
Baca juga: JP Morgan: Dunia butuh investasi energi 1,3 triliun dolar hingga 2030