Yogyakarta (ANTARA) - Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Sekolah Kebangsaan bertajuk "Tular Nalar" sebagai upaya mengedukasi literasi digital bagi anak muda dengan kriteria pemilih pertama pada Pemilu 2024 jelang tahun politik.

"Ini merupakan kegiatan yang kreatif dalam menghadapi politik digital. Di sini perlu literasi digital dan literasi ideologi dengan seimbang. Tidak hanya permasalahan di negara berkembang saja, semacam ini juga menjadi permasalahan di negara maju. Jika tidak dikelola dengan baik, sangat berbahaya," kata Dekan Fakultas FISHUM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Mochamad Sodik dalam sambutannya pada Sekolah Kebangsaan di Yogyakarta, Kamis.

Selain dari UIN Sunan Kalijaga, kegiatan yang berkolaborasi dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital wilayah DIY, Tular Nalar Mafindo, juga diikuti mahasiswa berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Respati, Universitas Mercu Buana, dan Universitas Teknologi Yogyakarta dengan total peserta 100 orang.

Menurut dia, ada komitmen kebangsaan yang perlu dipegang teguh dan telah dijalankan di UIN Sunan Kalijaga, antara lain menjunjung tinggi rasa toleran, anti kekerasan, keseimbangan atau tawazun.

Dia mengatakan, beragama dengan baik tidak akan bisa tumbuh tanpa kesadaran berbangsa yang baik. Keduanya harus beriringan, saling membangun nilai-nilai kemanusiaan, ketertiban dan keadilan, menjadi bagian dari Indonesia dan dunia yang semakin beradab.

"Insya Allah dengan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar yang diampu oleh fasilitator-fasilitator yang hebat ini dapat menjadi kelas berkelanjutan," katanya.

Sementara itu, Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang juga selaku Ketua Center For Digital Creative Movement FISHUM UIN Sunan Kalijaga, Diah Ajeng Purwani mengatakan, Sekolah Kebangsaan Tular Nalar dengan tema "Memangnya Suara Remaja Didengar?", berfokus pada pendidikan literasi digital bagi pemilih pemula jelang tahun 2024.

Menurut dia, tema ini dipilih sebagai upaya menghadapi salah satu persoalan menjelang Pemilu 2024, yakni adanya polarisasi politik dan tsunami informasi yang dalam dunia digital, sehingga perlu disikapi dengan menjadi netizen yang berliterasi digital, tanggap dan tangguh.

"Kegiatan ini menyiapkan dan memaparkan sedini mungkin konsep politik demokrasi berkaitan dengan literasi digital bagi pemilih pemula," katanya.

Sementara itu, Koordinator fasilitator kegiatan, Yanti Dwi Astuti mengatakan, kegiatan ini menjadi penting karena tahun 2024 akan berpesta demokrasi. Karena itu, sesuai dengan tema apakah suara remaja harus didengar, maka jawabannya tentu saja perlu.

"Kita punya hak untuk memberikan suara. Tapi belakangan teknologi digital semakin dinamis, banyak permasalahan muncul salah satunya adalah informasi yang keliru, hoaks, dan disinformasi. Untuk itu, supaya bisa memfilter informasi yang sesuai fakta, maka teman-teman sangat tepat untuk ikut di sekolah kebangsaan," katanya.

Pihaknya berharap pemilih pemula tidak menyia-nyiakan hak suara mereka dalam pemilu tahun 2024 sebagai wadah demokrasi. Dan melalui Sekolah Kebangsaan Tular Nalar ini, diharapkan para peserta mengetahui peran penting pemilih pemula.

Baca juga: BRIN: Penting untuk meningkatkan literasi politik masyarakat menjelang Pemilu 2024

Baca juga: Hindari Hoaks, Gubernur Sumut: Literasi digital penting dalam menghadapi pemilu

Baca juga: Bawaslu Purworejo meluncurkan buku mozaik untuk meningkatkan literasi pemilu

Baca juga: Meningkatkan kelembagaan, kerjasama FISIP UMSU-FISHUM UIN Yogyakarta