Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia melemah terhadap dolar AS pada awal perdagangan Kamis, karena kehilangan dukungan pembayaran pajak akhir bulan dan menghadapi tekanan dari potensi aliran masuk mata uang asing yang lebih rendah akibat pembatasan Barat pada ekspor energi.

Surplus neraca berjalan Rusia melonjak ke rekor tertinggi tahun lalu karena impor turun dan ekspor energi membuat uang asing terus mengalir, tetapi surplus itu menyusut lebih dari setengahnya pada Januari sebagian karena sanksi dan embargo minyak Rusia.

Lebih sedikit mata uang asing dalam perekonomian berarti surplus akan terus menyusut, memberikan tekanan pada rubel.

Rubel melemah 0,47 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan pada 75,51 pada pukul 08.00 GMT, dan turun tipis 0,07 persen terhadap euro menjadi diperdagangkan di 80,26. Terhadap yuan China, rubel menguat 0,11 persen menjadi diperdagangkan di 10,90.

Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 0,33 persen menjadi diperdagangkan di 84,03 dolar AS per barel.

"Rubel turun 0,25 persen terhadap dolar kemarin dan terus menurun pagi ini. Ada kemungkinan pasangan dolar-rubel sedang mencari keseimbangan baru," kata Alexey Antonov dari Alor Broker.

Rubel mungkin mencoba berfluktuasi dalam kisaran antara 74-76 terhadap dolar, katanya.

Rubel juga kehilangan dukungan dari peningkatan permintaan dari para eksportir, yang mengubah pendapatan mata uang asing mereka untuk membayar pajak akhir bulan.

Pasar saham Rusia beragam. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 0,31 persen menjadi diperdagangkan di 952,87 poin, sedangkan indeks MOEX Rusia berbasis rubel terangkat 0,17 persen menjadi diperdagangkan di 2.283,53 poin.


Baca juga: Rubel perpanjang pemulihan dari posisi terendah 10 bulan atas dolar AS
Baca juga: Rubel meluncur tembus 75 terhadap dolar dekati terendah 10-bulan
Baca juga: Rubel di terendah 10 bulan terhadap dolar AS, aliran masuk valas minim