Indonesia bangun sistem surveilans influenza melalui platform GISRS
2 Maret 2023 14:32 WIB
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI, dr. Imran Pambudi, MPHM, di Jakarta, Minggu (5/2/2023) (ANTARA/Ahmad Faizal).
Jakarta (ANTARA) - Indonesia membangun sistem Surveilans Influenza melalui World Health Organization (WHO) Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) untuk mencegah dan mengendalikan penyakit, kata pejabat Kementerian Kesehatan RI.
"Melalui GISRS ini akan diperoleh informasi epidemiologi, dan virologi influenza, serta COVID-19 berbasis laboratorium untuk deteksi dan respons dini guna mendukung program pencegahan dan pengendalian penyakit di Indonesia," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Imran Pambudi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Imran mengatakan, WHO menetapkan GISRS sebagai salah satu platform dalam pelaksanaan surveilans influenza dan COVID-19.
Menindaklanjuti arahan itu, kata Imran, Indonesia telah mengadopsi pedoman WHO untuk penggunaan sentinel Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI) sebagai bagian dalam GIRS untuk mengawasi kejadian COVID-19 selain influenza.
Baca juga: Kemenkes: Memperlakukan COVID-19 seperti flu biasa belum didukung WHO
Baca juga: Papdi: Vaksin COVID-19 perlu didahulukan dari vaksin influenza
Surveilans sentinel ILI-SARI adalah upaya penyediaan informasi yang berguna bagi otoritas kesehatan dalam merencanakan pencegahan dan pengendalian yang tepat, melalui tindakan intervensi, mengalokasikan sumber daya kesehatan, dan membuat rekomendasi manajemen kasus.
Ia mengatakan, penentuan kasus melalui surveilans ILI-SARI didasari atas gejala infeksi saluran pernapasan.
Surveilans ILI didasari atas gejala demam dengan suhu lebih dari 38 derajat celsius dan batuk tidak lebih dari 10 hari yang dideteksi pada pasien rawan jalan di fasilitas kesehatan.
Sedangkan pelaporan SARI didasari atas pasien rawat inap yang memiliki gejala demam atau riwayat demam dengan bersuhu lebih dari 38 derajat celsius atau ada riwayat demam, dan batuk tidak lebih dari 10 hari.
“Kasus ILI dan SARI tersebut diambil spesimen swab hidung dan tenggorok untuk dikirimkan ke laboratorium sentinel dan diperiksa, diteruskan ke Laboratorium Rujukan Nasional Prof Dr Sri Oemijati untuk disampaikan ke GISRS,” katanya.
Imran mengatakan, surveilans ILI dilaksanakan di 31 puskesmas yang tersebar di 27 provinsi, dan surveilans SARI dilaksanakan di 14 rumah sakit di 10 provinsi yang merupakan bagian dari GISRS.
Ia berharap seluruh pemangku kepentingan dapat meningkatkan komitmen dan kinerja dalam melakukan kegiatan surveilans yang berkualitas dalam upaya kesiapsiagaan dan meningkatkan pencegahan, serta pengendalian menghadapi pandemi influenza.
Baca juga: Vaksinasi jadi upaya pengendalian influenza terutama pada masa pandemi
Baca juga: Belajar dari sejarah pandemi di Hindia Belanda yang terlupakan
"Melalui GISRS ini akan diperoleh informasi epidemiologi, dan virologi influenza, serta COVID-19 berbasis laboratorium untuk deteksi dan respons dini guna mendukung program pencegahan dan pengendalian penyakit di Indonesia," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Imran Pambudi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Imran mengatakan, WHO menetapkan GISRS sebagai salah satu platform dalam pelaksanaan surveilans influenza dan COVID-19.
Menindaklanjuti arahan itu, kata Imran, Indonesia telah mengadopsi pedoman WHO untuk penggunaan sentinel Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI) sebagai bagian dalam GIRS untuk mengawasi kejadian COVID-19 selain influenza.
Baca juga: Kemenkes: Memperlakukan COVID-19 seperti flu biasa belum didukung WHO
Baca juga: Papdi: Vaksin COVID-19 perlu didahulukan dari vaksin influenza
Surveilans sentinel ILI-SARI adalah upaya penyediaan informasi yang berguna bagi otoritas kesehatan dalam merencanakan pencegahan dan pengendalian yang tepat, melalui tindakan intervensi, mengalokasikan sumber daya kesehatan, dan membuat rekomendasi manajemen kasus.
Ia mengatakan, penentuan kasus melalui surveilans ILI-SARI didasari atas gejala infeksi saluran pernapasan.
Surveilans ILI didasari atas gejala demam dengan suhu lebih dari 38 derajat celsius dan batuk tidak lebih dari 10 hari yang dideteksi pada pasien rawan jalan di fasilitas kesehatan.
Sedangkan pelaporan SARI didasari atas pasien rawat inap yang memiliki gejala demam atau riwayat demam dengan bersuhu lebih dari 38 derajat celsius atau ada riwayat demam, dan batuk tidak lebih dari 10 hari.
“Kasus ILI dan SARI tersebut diambil spesimen swab hidung dan tenggorok untuk dikirimkan ke laboratorium sentinel dan diperiksa, diteruskan ke Laboratorium Rujukan Nasional Prof Dr Sri Oemijati untuk disampaikan ke GISRS,” katanya.
Imran mengatakan, surveilans ILI dilaksanakan di 31 puskesmas yang tersebar di 27 provinsi, dan surveilans SARI dilaksanakan di 14 rumah sakit di 10 provinsi yang merupakan bagian dari GISRS.
Ia berharap seluruh pemangku kepentingan dapat meningkatkan komitmen dan kinerja dalam melakukan kegiatan surveilans yang berkualitas dalam upaya kesiapsiagaan dan meningkatkan pencegahan, serta pengendalian menghadapi pandemi influenza.
Baca juga: Vaksinasi jadi upaya pengendalian influenza terutama pada masa pandemi
Baca juga: Belajar dari sejarah pandemi di Hindia Belanda yang terlupakan
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023
Tags: