“Wariga dan usadha diturunkan dari nilai-nilai adiluhung dalam budaya Bali yang menempatkan Bhuwana Agung (makro kosmos) dan Bhuwana Alit (mikro kosmos) dalam relasi/hubungan yang selaras dan harmonis,” ujar Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN. Ari Dwipayana dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Puri Kauhan Ubud luncurkan buku dan film soal pemuliaan air Bali
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud tanam seribu pohon di Pantai Ketewel
Ari menyampaikan bahwa banyak ahli yang menyebutkan sistem wariga Bali adalah sistem yang unik dan paling kompleks di dunia.
Wariga terdiri atas lima kerangka, yakni Wewaran (Eka Wara hingga Dasa Wara), Pawukon (Wuku Sinta hingga Watugunung), Pananggal-Panglong (Purnama dan Tilem), Sasih (Sasih Kasa hingga Sada), dan Dauh. Kalender Saka Bali merangkum lima kerangka wariga tersebut.
Masyarakat Bali juga percaya bahwa kehidupan manusia harus senantiasa menjaga keharmonisan dengan perputaran jagadraya. Ketidakselarasan akan menimbulkan gangguan, hambatan, dan juga dukkha atau penderitaan, kesakitan dan kesengsaraan. Oleh karena itu, setiap manusia Bali diminta untuk sadar tentang waktu.
Selanjutnya, Ari juga menyebutkan bahwa Bali memiliki warisan lontar-lontar pengobatan yang berlimpah.
Usadha adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang beragam dari sisi cara pengobatannya.
Ari mengingatkan agar warisan pengetahuan tentang tanaman obat ini bisa menjadi solusi dari persoalan kesehatan dalam masyarakat.
Dari sisi preventif, tanaman obat harus bisa dimanfaatkan untuk mendukung paradigma hidup sehat yang mengintegrasikan secara menyeluruh antara fisik, mental, spiritual, kebugaran tubuh, pikiran, dan tumbuh kembang jiwa.
Dari sisi kuratif, tanaman obat juga bisa diolah untuk menyembuhkan penyakit sehingga bisa dikembangkan dan disambung dengan industri farmasi di dalam negeri untuk menurunkan ketergantungan pada obat-obat impor.
Ke depan, Ari mengajak untuk memanfaatkan warisan pengetahuan dari para leluhur menjadi solusi membangun kesehatan masyarakat, bukan hanya bagi masyarakat Bali, melainkan untuk Indonesia dan dunia.
Ari Dwipayana yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden menegaskan bahwa program Wariga Usadha Siddhi yang diselenggarakan tahun 2023 ini akan fokus pada tiga hal, yakni mempertemukan para ahli/ilmuwan dari berbagai perguruan tinggi di Bali dengan para praktisi di masyarakat.
Selanjutnya, menemukan solusi konkret dalam menghadapi tantangan dan kendala dalam pengembangan kedua pengetahuan tradisional Bali tersebut.
Ketiga, mengenalkan wariga dan usadha secara luas, terutama di kalangan generasi muda.
“Saya meyakini para leluhur Bali berhasil meminjam catatan Tuhan, karena kita bisa mengenal wawaran, wuku, penanggal/pengelong, sasih, dan dauh. Tanpa "sembah roso", leluhur Bali kita tidak akan tahu kapan hari baik dan laku baik,” ucapnya.