Layanan esensial posyandu disiapkan untuk cegah kematian ibu dan bayi
27 Februari 2023 20:58 WIB
Tangkapan layar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Senin (27/2/2023). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa layanan esensial di posyandu disiapkan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup dari ibu hamil dan bayi di Indonesia.
“Layanan esensial bagi ibu dan anak itu penting sekali karena ini awal dari kehidupan. Kita ingin memulai (kehidupan setiap) anak-anak Indonesia dengan situasi yang paling maksimal,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Senin.
Maria menuturkan angka stunting Indonesia sudah turun dari yang semula 24,4 persen di tahun 2021, kini mencapai 21,6 persen. Sayangnya capaian itu, masih masuk ke dalam kategori tinggi berdasarkan ketetapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Oleh karenanya, pemerintah terus mendorong angka prevalensi itu turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Caranya adalah dengan memberikan layanan esensial kepada ibu hamil dan bayi dengan menggunakan pendekatan siklus hidup manusia.
Dalam hal ini layanan kesehatan esensial diadakan melalui penyediaan USG bagi ibu hamil di tingkat puskesmas. Tercatat dalam data Kemenkes, sudah ada sekitar 6.600 dari 10.321 puskesmas yang sudah mendapatkan alat USG.
Sedangkan distribusi pada puskesmas sisanya, kata Maria, ditargetkan rampung pada tahun ini.
“Jadi ibu-ibu, tolong periksakan kehamilannya sebanyak enam kali. Dimana dua kalinya dengan (pemeriksaan) USG pada pemeriksaan pertama dan kelima ketika bertemu dokternya,” ujar dia.
Maria menyebut pengadaan USG bertujuan supaya setiap perkembangan janin dalam kandungan bisa terpantau dengan baik, sehingga mencegah anak-anak terlahir berisiko stunting. Selain itu, USG juga bermanfaat untuk segera mengetahui adanya risiko persalinan sehingga tenaga kesehatan bisa melakukan tindakan secepat mungkin.
Layanan esensial juga disediakan guna mengawal penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) tetap dalam jalur (on track). Sebab AKI Indonesia kini masih 189 per 100.000 kelahiran hidup.
Baca juga: Jokowi ingin semua posyandu miliki alat timbang dan pengukur badan
“Kita ingin lebih dorong lagi saat ini AKI kita 189, padahal sesuai target RPJMN-nya harus 183 per 100.000 kelahiran hidup. Tapi target SDGs kita bahkan harus 70 per 100.000 kelahiran hidup. Itu harus kita kerja keras salah satunya yang kita lakukan adalah menstandarkan tadi alat-alat (di layanan kesehatan primer),” kata Maria.
Layanan lain yang disediakan guna mengawal AKI turun selain USG adalah pengadaan program kesehatan vertikal, seperti program Tuberkulosis (TBC), malaria atau HIV/AIDS.
Sesuai dengan kelompok sasarannya, dalam tiap program itu tenaga kesehatan bisa memantau setiap kebutuhan para ibu misalnya terkait dengan imunisasi, pemberian layanan kesehatan khusus HIV atau skrining gizi dan darah yang telah terintegrasi dan sesuai siklus hidup.
Adapula penguatan jejaring layanan posyandu dan kader, dengan melakukan kunjungan ke rumah. Dimana hasilnya akan dibahas di posyandu prima untuk merencanakan kegiatan kesehatan di desa ketika Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang) dilakukan.
Nantinya masalah yang didapati bisa dimasukkan ke dalam mini lokakarya puskesmas agar terintegrasi dengan sistem layanan misalnya di sekolah, tempat kerja atau praktik swasta.
“Jadi kita ingin jejaring dari pelayanan kesehatan primer itu menjadi kuat dan juga bisa mengatasi masalah-masalah di lapangan, termasuk melalui penguatan promotif dan preventif,” ucapnya.
Baca juga: Dokter umum puskesmas mulai beri layanan USG ibu hamil
“Layanan esensial bagi ibu dan anak itu penting sekali karena ini awal dari kehidupan. Kita ingin memulai (kehidupan setiap) anak-anak Indonesia dengan situasi yang paling maksimal,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Senin.
Maria menuturkan angka stunting Indonesia sudah turun dari yang semula 24,4 persen di tahun 2021, kini mencapai 21,6 persen. Sayangnya capaian itu, masih masuk ke dalam kategori tinggi berdasarkan ketetapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Oleh karenanya, pemerintah terus mendorong angka prevalensi itu turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Caranya adalah dengan memberikan layanan esensial kepada ibu hamil dan bayi dengan menggunakan pendekatan siklus hidup manusia.
Dalam hal ini layanan kesehatan esensial diadakan melalui penyediaan USG bagi ibu hamil di tingkat puskesmas. Tercatat dalam data Kemenkes, sudah ada sekitar 6.600 dari 10.321 puskesmas yang sudah mendapatkan alat USG.
Sedangkan distribusi pada puskesmas sisanya, kata Maria, ditargetkan rampung pada tahun ini.
“Jadi ibu-ibu, tolong periksakan kehamilannya sebanyak enam kali. Dimana dua kalinya dengan (pemeriksaan) USG pada pemeriksaan pertama dan kelima ketika bertemu dokternya,” ujar dia.
Maria menyebut pengadaan USG bertujuan supaya setiap perkembangan janin dalam kandungan bisa terpantau dengan baik, sehingga mencegah anak-anak terlahir berisiko stunting. Selain itu, USG juga bermanfaat untuk segera mengetahui adanya risiko persalinan sehingga tenaga kesehatan bisa melakukan tindakan secepat mungkin.
Layanan esensial juga disediakan guna mengawal penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) tetap dalam jalur (on track). Sebab AKI Indonesia kini masih 189 per 100.000 kelahiran hidup.
Baca juga: Jokowi ingin semua posyandu miliki alat timbang dan pengukur badan
“Kita ingin lebih dorong lagi saat ini AKI kita 189, padahal sesuai target RPJMN-nya harus 183 per 100.000 kelahiran hidup. Tapi target SDGs kita bahkan harus 70 per 100.000 kelahiran hidup. Itu harus kita kerja keras salah satunya yang kita lakukan adalah menstandarkan tadi alat-alat (di layanan kesehatan primer),” kata Maria.
Layanan lain yang disediakan guna mengawal AKI turun selain USG adalah pengadaan program kesehatan vertikal, seperti program Tuberkulosis (TBC), malaria atau HIV/AIDS.
Sesuai dengan kelompok sasarannya, dalam tiap program itu tenaga kesehatan bisa memantau setiap kebutuhan para ibu misalnya terkait dengan imunisasi, pemberian layanan kesehatan khusus HIV atau skrining gizi dan darah yang telah terintegrasi dan sesuai siklus hidup.
Adapula penguatan jejaring layanan posyandu dan kader, dengan melakukan kunjungan ke rumah. Dimana hasilnya akan dibahas di posyandu prima untuk merencanakan kegiatan kesehatan di desa ketika Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang) dilakukan.
Nantinya masalah yang didapati bisa dimasukkan ke dalam mini lokakarya puskesmas agar terintegrasi dengan sistem layanan misalnya di sekolah, tempat kerja atau praktik swasta.
“Jadi kita ingin jejaring dari pelayanan kesehatan primer itu menjadi kuat dan juga bisa mengatasi masalah-masalah di lapangan, termasuk melalui penguatan promotif dan preventif,” ucapnya.
Baca juga: Dokter umum puskesmas mulai beri layanan USG ibu hamil
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023
Tags: