Padang (ANTARA) - Wakil Mentri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menyebut Perguruan Tinggi memiliki peran besar dalam upaya menurunkan beban penyakit yang membutuhkan perawatan medis lama dan berbiaya tinggi atau biasa disebut ​​​​​​katastrofik di Indonesia.

"Upaya untuk menurunkan beban penyakit katastrofik ini tidak bisa dilepaskan dari sumber daya manusia. Perguruan Tinggi memiliki peran penting dalam hal itu," katanya di Padang, Senin, saat menghadiri pengukuhan tiga guru besar Fakultas Kedokteran Unand.

Peran Perguruan Tinggi itu menurutnya terkait riset penyakit katastrofik untuk menghasilkan rekomendasi Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK), penanganan terbaik atau evaluasi kebijakan.

Kemudian dalam mendidik tenaga kesehatan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan.

Lalu menghasilkan produk inovasi obat, alkes, atau teknologi lain yang dapat membantu pencegahan atau tatalaksana penyakit katastrofik.

Ia mengatakan penyakit katastrofik seperti kanker, stroke, jantung, gagal ginjal dan beberapa penyakit lain telah menjadi beban yang berat bagi pemerintah.

Berdasarkan data Kemenkes beban pembiayaan untuk penyakit tidak menular meningkat signifikan dari Rp17,9 triliun pada 2021 menjadi Rp24,1 triliun pada 2022.

Penyakit ini juga menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia sehingga perlu disikapi dengan serius.

Selain kurangnya akses rumah sakit dan kualitas layanan, kurangnya alat dan tenaga dokter spesialis juga menjadi kendala.

"Kita berharap Perguruan Tinggi bisa mengambil peran dalam mencetak dokter spesialis agar sumber daya manusia tersedia," katanya.