Gorontalo (ANTARA News) - Presiden RI periode 1998-1999, Baharudin Jusuf Habibie, membantah anggapan bahwa dirinya telah melupakan bangsa dan negara Republik Indonesia, serta lebih memilih tinggal di Jerman. "Saya akan berjuang dan berusaha untuk membangun bangsa yang dicintai ini sampai dengan titik darah menghabisan," tegas Habibie dalam dialog interaktif di Pentadio Resort Gorontalo, Minggu petang, yang dipandu Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI), Parni Hadi. Menurut Habibie, adanya angapan bahwa dirinya bersama keluarga lebih mencintai Jerman sangat keliru dan tidak benar, karena sampai saat ini ia telah memikirkan dan memberikan saran, serta masukkan demi perkembangan pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) itu mengatakan, saat ini masyarakat dan seluruh komponen bangsa jangan membuat anggapan ataupun isu-isu yang tidak benar sebab akan semakin memperkeruh rasa persatuan dan kesatuan yang telah berpelihara secara baik. Seluruh komponen bangsa, dimintanya, untuk tetap menahan diri dan jangan saling menyalahkan, apalagi sampai menfitnah seseorang, sebab sifat demikian hanya dapat merugikan dan menyengsarakan tatanan kehidupan. "Saya masih ingin untuk terus mengisi dan memberikan pemikiran, serta ide-ide untuk peningkatan pembangunan, namun saat ini belum dimanfaatkan," kata Habibie. Menurut dia, bangsa dan negara kesatuan RI harus dibangun dengan kebersamaan, sehingga jangan saling mengadu domba, apalagi sampai terjadi pertumpahan darah, dan bila hal itu terjadi tidak ada pihak yang diuntungkan, tapi semua menjadi rugi dan sengsara. Ia pun mengatakan bahwa saat ini bangsa dan masyarakat Indonesia jangan melupakan masa lalu, karena yang ada sekarang ini merupakan hasil kerja dari pendahulu, sehingga saat ini tidak perlu untuk saling menghujat, tapi harus sama-sama dan bahu membahu dalam mengisi pembangunan. "Jangan jadikan masa lampau untuk dilupakan, sebab itu tidak akan pernah hilang dalam sejarah maupun ingatan kita," demikian Habibie. (*)