Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun dalam perdagangan yang bergejolak di sesi Asia pada Senin sore, karena dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran risiko resesi mengimbangi kenaikan yang timbul dari rencana Rusia untuk memperdalam pengurangan pasokan minyak.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada 75,98 dolar AS per barel, 34 sen atau 0,5% lebih rendah pada pukul 07.33 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent turun 48 sen atau 0,6 persen pada 82,68 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan ditutup lebih dari 90 sen lebih tinggi pada Jumat (24/2).

Dolar melayang di dekat puncak tujuh minggu pada Senin, setelah serangkaian data ekonomi AS yang kuat memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve harus menaikkan suku bunga lebih lanjut dan lebih lama.

Dolar yang kuat membuat harga komoditas dalam mata uang AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Minyak mentah terus mengambil arah dari sentimen di pasar keuangan yang lebih luas, kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.

Ketakutan Fed yang hawkish kembali mengemuka pada Jumat (24/2) setelah indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) melonjak 0,6 persen bulan lalu setelah naik 0,2 persen pada Desember.

"Jika penghindaran risiko terus meningkat, minyak mentah kemungkinan akan berada di bawah tekanan baru," kata Hari.

Menambah tekanan penurunan, persediaan minyak mentah AS melonjak ke level tertinggi sejak Mei 2021 pekan lalu, data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan.

"Data EIA terus menimbulkan lebih banyak pertanyaan alih-alih memberikan kejelasan di pasar," kata analis di konsultan Energy Aspects dalam sebuah catatan, merujuk pada penyesuaian pasokan yang tajam dalam data yang berkontribusi pada peningkatan tersebut.

Di sisi penawaran, Rusia berencana untuk memotong ekspor minyak dari pelabuhan-pelabuhan baratnya hingga 25 persen pada Maret dibandingkan Februari, melebihi pemotongan produksi yang diumumkan sebelumnya sebesar 5,0 persen.

Harga minyak turun sekitar seperenam dalam tahun sejak 24 Februari 2022, ketika pasukan Rusia pertama kali memasuki Ukraina.

Dua minggu setelah invasi, harga melonjak ke rekor tertinggi hampir 128 dolar AS per barel karena kekhawatiran pasokan tetapi sejak itu mereda karena kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Rusia menghentikan pasokan minyak ke Polandia melalui pipa Druzhba, kepala eksekutif kilang Polandia PKN Orlen mengatakan pada Sabtu (25/2/2023), sehari setelah Polandia mengirimkan tank Leopard pertamanya ke Ukraina.

Secara terpisah, investor bersiap untuk survei manufaktur China minggu ini buat arah yang jelas pada permintaan minyak. China mengadakan pertemuan parlemen tahunannya mulai akhir pekan ini dan akan melihat target dan kebijakan ekonomi baru.

"Kami memperkirakan pemerintah untuk menegaskan kembali prioritas mendukung pertumbuhan dan menyerukan lebih banyak dukungan kebijakan," Ning Zhang, ekonom senior China di UBS Investment Bank, mengatakan dalam sebuah catatan.

Baca juga: Minyak beragam di awal sesi Asia ditopang pemotongan pasokan Rusia

Baca juga: Harga minyak di Asia naik dampak rencana Rusia kurangi ekspor