Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada Jumat bahwa Amerika Serikat (AS) menolak permintaan China atas informasi terkait balon yang ditembak jatuh di lepas pantai South Carolina pada Februari.

Balon China tersebut, yang disangkal Beijing sebagai balon mata-mata, terbang selama sepekan di wilayah udara AS dan Kanada sebelum Presiden Joe Biden memerintahkan untuk menembak jatuh balon itu.

Kejadian ini meningkatkan ketegangan hubungan antara Washington dan Beijing, serta menyebabkan diplomat tinggi AS menunda kunjungannya ke China.

“AS, mulai dari pengumpulan sisa balon hingga menganalisa puingnya, telah bertindak sendiri dan dengan sembunyi-sembunyi,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam keterangan pers.

Wang mengatakan bahwa negaranya, melalui saluran konsuler terlindungi, sejak awal telah meminta dengan tegas agar AS menginformasikan perkembangan pemulihan balon, namun hal tersebut tidak ditanggapi AS.

Pernyataan Wang merupakan tanggapan atas pertanyaan terkait penyelidikan AS yang masih berlangsung terhadap balon tersebut.

China mengatakan balon yang diduga untuk memata-matai tersebut adalah kapal udara sipil yang digunakan untuk kebutuhan meteorologi, yang secara tidak sengaja terbang ke wilayah udara AS.

AS mengatakan Laboratorium Biro Investigasi Federal (FBI) di Virginia sedang menganalisa puing balon untuk "eksploitasi kontra-intelijen".

Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon mengatakan bahwa mereka telah menghubungi rekan China mereka setelah menembak jatuh balon itu pada 4 Februari, sebagai upaya menjaga jalur komunikasi tetap terbuka.

Namun, Menteri Pertahanan China belakangan mengatakan bahwa pihaknya menolak permintaan panggilan telepon dari Pentagon karena AS tidak menciptakan "suasana tepat".

Sumber: Reuters

Baca juga: China: AS jangan manfaatkan isu balon udara untuk manipulasi politik

Baca juga: Menlu AS: Utusan China tidak minta maaf atas insiden balon udara