BEI: Terbuka peluang perusahaan di Bali naik kelas melalui IPO
23 Februari 2023 22:21 WIB
Para narasumber dan peserta diskusi yang digelar NCPI Bali, Kadin Bali dan BEI yang bertema Go Big with Go Public di UID Bali Campus Kura Kura Bali Denpasar, Kamis (23/2/2023). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.
Denpasar (ANTARA) - Direktur PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna mengatakan terbuka peluang bagi perusahaan-perusahaan di Bali untuk bisa IPO (Initial Public Offering) atau naik kelas dengan memanfaatkan pasar modal.
"Jangan berpikir yang kecil itu tak bisa 'go public', yang penting prospektif," kata Yetna dalam diskusi yang mengangkat tema Go Big with Go Public di UID Bali Campus Kura Kura Bali Denpasar, Kamis.
Diskusi tersebut merupakan kolaborasi antara Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Bali, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Provinsi Bali dan Bursa Efek Indonesia dengan dihadiri puluhan peserta yang merupakan pelaku bisnis dan juga praktisi hukum itu.
Menurut Yetna, semua usaha potensial melakukan go public asal sektor yang digeluti disukai. Apalagi Bali yang dominan pariwisatanya, maka sektor ini akan sangat menjanjikan.
"Semua bidang itu potensial, tinggal melihat sektor ke depan apa yang diminati. Kalau di Indonesia salah satu yang mendorong adalah finansial, energi, yang jelas hampir semua sektor ada keterwakilan. Apalagi di Bali yang berhubungan dengan pariwisata," ucapnya.
Namun, ia mengingatkan konsekuensi tantangan manajemen untuk melihat bisnis modelnya, sehingga menjadi perusahaan tercatat yang naik kelas, tidak berhenti di satu titik tapi visioner ke depan, melihat apa yang perlu diperbaiki.
"Memang banyak sekali orang berpikir bahwa untuk IPO itu sulit. Namun, sudah dipaparkan fungsi IPO, bukan hanya untuk menggali dana tapi akan bekerja dengan profesional karena ada pihak-pihak yang mengawasi usaha kita," ujar Yetna.
Ia mencontohkan, seperti di Bali perusahaan-perusahaan keluarga dimungkinkan untuk melakukan IPO karena siapa tahu keluarga tidak melanjutkan perusahaannya, maka perusahaan akan dikelola oleh profesional dan diawasi oleh pihak-pihak lain sehingga jalannya perusahaan itu akan langgeng.
Saat ini, menurut Yetna, perusahaan di Bali yang IPO ada 4. "Ada 33 lainnya tapi belum saya cek, makanya kita ke sini untuk mendorong pengusaha yang ingin naik kelas untuk memanfaatkan pasar modal," ujarnya.
Founder sekaligus Dirut PT Hatten Bali Tbk. (Wine) Ida Bagus Rai Budarsa mengatakan agar perusahaan naik kelas butuh persiapan dan peluangnya saat ini sangat besar.
"IPO ini bukan hanya menggali dana, namun penting dari sisi manfaatnya yakni kelanjutan usaha. Apalagi perusahaan keluarga akan dikelola profesional sehingga bisa langgeng. Hatten sendiri memerlukan waktu sekitar enam bulan untuk IPO," ucapnya.
Rai Budarsa memulai bisnis fermentasi arak beras atau lebih dikenal brem Bali dengan merek Dewi Sri yang dirintis ayahnya di tahun 60-an.
Hatten Wines saat ini memproduksi wine lokal dan mampu bersaing dengan wine luar. Hingga kini, Hatten sukses melahirkan berbagai varian wine seperti rose wine, white wine, red wine dan sparkling wine.
"Soal harga saham, kalau perusahaan bagus dan kinerja bagus harganya akan naik, begitu pula sebaliknya. Kalau tidak dijalankan dengan bagus, ya saham akan turun. Tapi begitu jualannya nanti bagus, harganya akan naik lagi," katanya menambahkan.
Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha menyampaikan pentingnya melihat peluang untuk IPO sebagai suatu tantangan, bagaimana mencari IPO itu, termasuk tanggung jawabnya nanti.
"Saya lihat bagaimana visionernya nanti tergantung pariwisata karena di Bali menyangkut tourism (pariwisata). Misalnya kalau tidak ada tamu, bagaimana mau jual wine," ujarnya.
Setelah IPO, menurut Agus, untuk suksesnya adalah di tangan perusahaan itu sendiri, bagaimana menumbuhkan perusahaan itu sendiri dan menggalang dana itu terbuka. "Kuncinya bagaimana menyiapkan itu ke depan harus profesional," katanya.
Sementara CEO LandX Romario Sumargo mengatakan tujuan pendanaan melalui IPO ini agar bisnis itu bisa naik kelas dan berkelanjutan.
Ni Kadek Winie Kaori dari Kaori Group yang merupakan salah satu peserta diskusi mengatakan diskusi tersebut positif dan penting bagi pengusaha yang ingin terus maju dan eksis.
Baca juga: Bali United resmi jejakkan kaki di bursa
Baca juga: BEI sebut 50 perusahaan berproses menuju IPO hingga Februari
"Jangan berpikir yang kecil itu tak bisa 'go public', yang penting prospektif," kata Yetna dalam diskusi yang mengangkat tema Go Big with Go Public di UID Bali Campus Kura Kura Bali Denpasar, Kamis.
Diskusi tersebut merupakan kolaborasi antara Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Bali, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Provinsi Bali dan Bursa Efek Indonesia dengan dihadiri puluhan peserta yang merupakan pelaku bisnis dan juga praktisi hukum itu.
Menurut Yetna, semua usaha potensial melakukan go public asal sektor yang digeluti disukai. Apalagi Bali yang dominan pariwisatanya, maka sektor ini akan sangat menjanjikan.
"Semua bidang itu potensial, tinggal melihat sektor ke depan apa yang diminati. Kalau di Indonesia salah satu yang mendorong adalah finansial, energi, yang jelas hampir semua sektor ada keterwakilan. Apalagi di Bali yang berhubungan dengan pariwisata," ucapnya.
Namun, ia mengingatkan konsekuensi tantangan manajemen untuk melihat bisnis modelnya, sehingga menjadi perusahaan tercatat yang naik kelas, tidak berhenti di satu titik tapi visioner ke depan, melihat apa yang perlu diperbaiki.
"Memang banyak sekali orang berpikir bahwa untuk IPO itu sulit. Namun, sudah dipaparkan fungsi IPO, bukan hanya untuk menggali dana tapi akan bekerja dengan profesional karena ada pihak-pihak yang mengawasi usaha kita," ujar Yetna.
Ia mencontohkan, seperti di Bali perusahaan-perusahaan keluarga dimungkinkan untuk melakukan IPO karena siapa tahu keluarga tidak melanjutkan perusahaannya, maka perusahaan akan dikelola oleh profesional dan diawasi oleh pihak-pihak lain sehingga jalannya perusahaan itu akan langgeng.
Saat ini, menurut Yetna, perusahaan di Bali yang IPO ada 4. "Ada 33 lainnya tapi belum saya cek, makanya kita ke sini untuk mendorong pengusaha yang ingin naik kelas untuk memanfaatkan pasar modal," ujarnya.
Founder sekaligus Dirut PT Hatten Bali Tbk. (Wine) Ida Bagus Rai Budarsa mengatakan agar perusahaan naik kelas butuh persiapan dan peluangnya saat ini sangat besar.
"IPO ini bukan hanya menggali dana, namun penting dari sisi manfaatnya yakni kelanjutan usaha. Apalagi perusahaan keluarga akan dikelola profesional sehingga bisa langgeng. Hatten sendiri memerlukan waktu sekitar enam bulan untuk IPO," ucapnya.
Rai Budarsa memulai bisnis fermentasi arak beras atau lebih dikenal brem Bali dengan merek Dewi Sri yang dirintis ayahnya di tahun 60-an.
Hatten Wines saat ini memproduksi wine lokal dan mampu bersaing dengan wine luar. Hingga kini, Hatten sukses melahirkan berbagai varian wine seperti rose wine, white wine, red wine dan sparkling wine.
"Soal harga saham, kalau perusahaan bagus dan kinerja bagus harganya akan naik, begitu pula sebaliknya. Kalau tidak dijalankan dengan bagus, ya saham akan turun. Tapi begitu jualannya nanti bagus, harganya akan naik lagi," katanya menambahkan.
Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha menyampaikan pentingnya melihat peluang untuk IPO sebagai suatu tantangan, bagaimana mencari IPO itu, termasuk tanggung jawabnya nanti.
"Saya lihat bagaimana visionernya nanti tergantung pariwisata karena di Bali menyangkut tourism (pariwisata). Misalnya kalau tidak ada tamu, bagaimana mau jual wine," ujarnya.
Setelah IPO, menurut Agus, untuk suksesnya adalah di tangan perusahaan itu sendiri, bagaimana menumbuhkan perusahaan itu sendiri dan menggalang dana itu terbuka. "Kuncinya bagaimana menyiapkan itu ke depan harus profesional," katanya.
Sementara CEO LandX Romario Sumargo mengatakan tujuan pendanaan melalui IPO ini agar bisnis itu bisa naik kelas dan berkelanjutan.
Ni Kadek Winie Kaori dari Kaori Group yang merupakan salah satu peserta diskusi mengatakan diskusi tersebut positif dan penting bagi pengusaha yang ingin terus maju dan eksis.
Baca juga: Bali United resmi jejakkan kaki di bursa
Baca juga: BEI sebut 50 perusahaan berproses menuju IPO hingga Februari
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023
Tags: