New York (ANTARA) - Dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah risalah pertemuan Federal Reserve AS menunjukkan para pembuat kebijakan bertekad untuk menggunakan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat untuk menjinakkan inflasi yang terus-menerus tinggi.

Greenback naik pada akhir perdagangan, membuat sterling turun 0,58 persen menjadi 1,2036 dolar, sementara euro turun 0,44 persen menjadi 1,0600 dolar. Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,40 persen pada 104,57,lebih rendah dari tertinggi 104,59 yang dicapai pada hari sebelumnya.

"Risalah Fed baru saja dirilis yang menunjukkan bahwa beberapa pejabat dapat mendukung kenaikan 50 basis poin pada pertemuan terakhir, meskipun sebagian besar mendukung hasil 25 basis poin. Hal ini tentunya mendukung dolar AS, yang sekarang sedikit lebih kuat terhadap sebagian besar mata uang lainnya," kata Minh Trang, pedaganga valas senior di Silicon Valley Bank di Santa Clara, California.

"Tema sepanjang Februari telah menjadi bias terhadap suku bunga yang lebih tinggi, dan risalah ini konsisten dengan perspektif itu," jelasnya.

Baca juga: Dolar dan sterling naik di sesi Asia didukung survei PMI yang optimis

Risalah dari pertemuan Fed 31 Januari hingga 1 Februari mengatakan sebagian besar pejabat mendukung kenaikan seperempat poin karena kecepatan yang lebih lambat "akan lebih baik memungkinkan mereka untuk menilai kemajuan ekonomi" menuju penurunan inflasi ke target 2,0 persen. Tetapi "beberapa" peserta langsung menyukai peningkatan 50 basis poin yang lebih besar pada pertemuan tersebut, atau mengatakan bahwa mereka "dapat mendukungnya".

Serangkaian data dalam beberapa pekan terakhir telah menandakan aktivitas bisnis yang kuat di ekonomi terbesar dunia itu, pasar tenaga kerja yang ketat, penjualan ritel yang kuat, dan harga produsen bulanan yang lebih tinggi. Data yang lebih panas dari perkiraan telah membantu menjaga dolar lebih kuat, tetapi juga menambah kekhawatiran bahwa bank sentral AS kemungkinan perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama jika inflasi ingin mencapai target Fed.

Presiden Fed St Louis, James Bullard pada Rabu (22/2/2023) menunjuk pada kebutuhan untuk mendapatkan inflasi pada jalur yang berkelanjutan menuju target tahun ini atau risiko terulangnya tahun 1970-an, ketika suku bunga harus berulang kali dinaikkan.

Kisaran suku bunga target The Fed berdiri di 4,5 persen hingga 4,75 persen, telah meningkat pesat dari 0,0 persen hingga 0,25 persen pada Maret 2022. Tetapi pedagang berjangka dana Fed sekarang memperkirakan suku bunga dana fed akan mencapai 5,38 persen pada Juli, dan tetap di atas 5,0 persen tahun ini.

"Dolar bersama dengan pasar aset-aset bereaksi terhadap realisasi investor yang mungkin tergesa-gesa mengabaikan panduan hawkish Fed pada awal tahun ini," kata Jane Foley, kepala strategi valas di Rabobank di London. "Rilis data AS yang lebih kuat dari perkiraan sejak awal bulan ini telah memperkuat pesan Fed tentang suku bunga yang lebih kuat untuk jangka waktu yang lebih lama."

Terhadap yen, dolar memangkas kerugian untuk diperdagangkan sedikit berubah hari ini di 134,95.

Baca juga: Yuan merosot 202 basis poin menjadi 6,8759 terhadap dolar AS

Baca juga: Dolar menguat di awal sesi Asia didukung oleh survei PMI yang optimis