Menkeu: Aliran modal asing masuk Rp43,9 triliun di pasar obligasi RI
22 Februari 2023 19:38 WIB
Tangkapan layar - Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Rabu (22/2/2023). ANTARA/Youtube Kemenkeu RI/pri.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan aliran modal asing masuk (inflow) tercatat sebesar Rp43,9 triliun di pasar obligasi Indonesia sejak 1 Januari-20 Februari 2023, sebagai dampak dari membaiknya indikator pasar keuangan.
Beberapa waktu terakhir, sempat terjadi arus modal asing keluar (outflow) di beberapa negara pasar berkembang, termasuk Indonesia, karena kebijakan hawkish Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
"Kebijakan Fed akan sangat menentukan modal asing yang sifatnya jangka pendek di saham maupun obligasi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA Februari 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.
Baca juga: BI catat modal asing masuk Rp1,77 triliun dalam sepekan
Selain di Indonesia, arus modal asing masuk juga terjadi di negara-negara pasar berkembang yang secara keseluruhan tercatat sebesar 7,2 miliar dolar AS atau setara dengan 1,5 persen dari dana kelolaan (Asset under Management/AuM). Secara persentase, angka tersebut lebih besar dari inflow ke negara-negara maju yang sekitar 0,8 persen dari dana kelolaan.
Menurut Sri Mulyani, pasar keuangan global yang selama ini menyumbang ketidakpastian dengan volatilitas tinggi sudah mulai mereda, meski indikator Fed untuk tetap bertahan dengan suku bunga tinggi tetap akan menyumbang sentimen.
Indeks volatilitas pasar saham (VIX) dan index pasar obligasi (MOVE) masih dalam tren menurun pasca pertemuan Fed pada Februari 2023. Indeks persepsi risiko (Credit Default Swap/CDS) Indonesia pun cenderung melandai, yang mengindikasikan persepsi risiko investor terhadap Indonesia terjaga.
"Volatilitas ini masih akan kami perhatikan karena tidak hanya akan memberi sentimen positif dan negatif, tetapi juga akan menentukan arus modal ke Indonesia," ucap Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
Usai pertemuan Fed pada bulan ini, dia mengungkapkan imbal hasil (yield) obligasi AS meningkat, cenderung sama dengan kondisi pasca pertemuan Bank Sentral pada Desember 2022. Indeks dolar AS pun bergerak positif.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah konsisten menunjukkan tren apresiasi sejak awal tahun 2023, yakni menguat 2,7 persen. Kondisi tersebut menggambarkan keseimbangan eksternal Indonesia yang bagus dan kepercayaan investor terhadap ekonomi domestik membaik.
Baca juga: BI: Ada aliran modal asing masuk RI Rp0,15 triliun pada pekan ini
Beberapa waktu terakhir, sempat terjadi arus modal asing keluar (outflow) di beberapa negara pasar berkembang, termasuk Indonesia, karena kebijakan hawkish Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
"Kebijakan Fed akan sangat menentukan modal asing yang sifatnya jangka pendek di saham maupun obligasi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA Februari 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.
Baca juga: BI catat modal asing masuk Rp1,77 triliun dalam sepekan
Selain di Indonesia, arus modal asing masuk juga terjadi di negara-negara pasar berkembang yang secara keseluruhan tercatat sebesar 7,2 miliar dolar AS atau setara dengan 1,5 persen dari dana kelolaan (Asset under Management/AuM). Secara persentase, angka tersebut lebih besar dari inflow ke negara-negara maju yang sekitar 0,8 persen dari dana kelolaan.
Menurut Sri Mulyani, pasar keuangan global yang selama ini menyumbang ketidakpastian dengan volatilitas tinggi sudah mulai mereda, meski indikator Fed untuk tetap bertahan dengan suku bunga tinggi tetap akan menyumbang sentimen.
Indeks volatilitas pasar saham (VIX) dan index pasar obligasi (MOVE) masih dalam tren menurun pasca pertemuan Fed pada Februari 2023. Indeks persepsi risiko (Credit Default Swap/CDS) Indonesia pun cenderung melandai, yang mengindikasikan persepsi risiko investor terhadap Indonesia terjaga.
"Volatilitas ini masih akan kami perhatikan karena tidak hanya akan memberi sentimen positif dan negatif, tetapi juga akan menentukan arus modal ke Indonesia," ucap Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
Usai pertemuan Fed pada bulan ini, dia mengungkapkan imbal hasil (yield) obligasi AS meningkat, cenderung sama dengan kondisi pasca pertemuan Bank Sentral pada Desember 2022. Indeks dolar AS pun bergerak positif.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah konsisten menunjukkan tren apresiasi sejak awal tahun 2023, yakni menguat 2,7 persen. Kondisi tersebut menggambarkan keseimbangan eksternal Indonesia yang bagus dan kepercayaan investor terhadap ekonomi domestik membaik.
Baca juga: BI: Ada aliran modal asing masuk RI Rp0,15 triliun pada pekan ini
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023
Tags: