New York (ANTARA) - Harga minyak naik lebih dari satu persen pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), didukung oleh optimisme atas permintaan China, berlanjutnya pembatasan produksi oleh produsen-produsen utama dan rencana Rusia untuk mengendalikan pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April ditutup menguat 1,07 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi 84,07 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret, yang berakhir pada Selasa, terakhir naik 85 sen atau 1,1 persen, menjadi 77,19 dolar AS per barel.

Volume perdagangan tipis dan tidak ada penyelesaian perdagangan untuk WTI pada Senin (20/2/2023) karena libur pasar AS untuk peringatan Hari Presiden.

Kedua harga acuan minyak mentah menetap dua dolar AS lebih rendah pada Jumat (17/2/2023) mencatat penurunan sekitar 4,0 persen selama seminggu setelah Amerika Serikat melaporkan persediaan minyak mentah dan bensin yang lebih tinggi.

Para analis memperkirakan impor minyak China mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023 untuk memenuhi peningkatan permintaan bahan bakar transportasi dan saat kilang-kilang baru mulai beroperasi.

"Optimisme di sekitar China hari ini mungkin bertanggung jawab atas kenaikan yang kita lihat pada minyak mentah, yang akan sangat masuk akal mengingat itu adalah importir terbesar dunia dan diharapkan pulih dengan kuat dari transisi COVID," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA di London, dikutip dari Reuters.

China dan India telah menjadi pembeli utama minyak mentah Rusia di tengah sanksi Barat terhadap minyak Rusia dan baru-baru ini embargo serta pembatasan harga karena perang Ukraina.

Di India, importir minyak terbesar ketiga dunia, impor minyak mentah naik ke level tertinggi enam bulan pada Januari, data pemerintah menunjukkan.

Kementerian perdagangan China telah bertemu dengan penyuling minyak independen untuk membahas kesepakatan mereka dengan Rusia, kata lima sumber yang mengetahui masalah tersebut, impor yang telah menghemat pembeli China miliaran dolar.

"Pemerintah ingin memahami berapa banyak penyuling independen yang mungkin dapat membeli dan keinginan sebenarnya mereka untuk impor semacam itu," kata salah satu sumber yang mengetahui langsung diskusi tersebut.

Rusia berencana untuk memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari (bph), setara dengan sekitar 5,0 persen dari produksinya, pada Maret setelah Barat memberlakukan pembatasan harga pada minyak dan produk minyak Rusia.

Rusia adalah bagian dari kelompok produsen OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang sepakat pada Oktober untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari hingga akhir 2023.

Kekurangan pasokan minyak di masa depan kemungkinan akan mendorong harga menuju 100 dolar AS per barel pada akhir tahun, kata analis Goldman Sachs dalam catatan 19 Februari.

Harga akan bergerak lebih tinggi "karena pasar berputar kembali ke defisit dengan kurangnya investasi, kendala minyak serpih dan disiplin OPEC memastikan pasokan tidak memenuhi permintaan", tulis mereka.