Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan perubahan tata guna lahan yang semakin parah menjadi salah satu penyebab meluapnya Sungai Bengawan Solo di Jawa Tengah.
"Sekarang pengaruh tata guna lahan semakin parah dibandingkan zaman banjir Bengawan Solo waktu itu (tahun 2007)," ujarnya dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 tentang kelestarian air yang dipantau di Jakarta, Senin.
Dwikorita menjelaskan peristiwa meluapnya Sungai Bengawan Solo yang terjadi pada pertengahan Februari 2023, punya kesamaan dengan banjir yang terjadi pada tahun 2007 lalu, yakni cuaca ekstrem.
Kala itu, infrastruktur pengelolaan tata air yang belum lengkap ditambah hujan lebat telah memicu banjir. Namun, peristiwa yang terjadi kali ini akibat perubahan tata guna lahan terutama di daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo.
"Tata kelola di Bengawan Solo ini termasuk yang bagus di Indonesia, sudah jauh lebih bagus. Namun, ternyata tata kelola air juga tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan tata guna lahan," kata Dwikorita.
Pada 16 Februari 2023, Sungai Bengawan Solo beserta anak sungainya meluap akibat kenaikan debit air dari wilayah hulu yang berada di Waduk Gajah Mungkur.
Peristiwa itu merendam ribuan rumah yang berada pada lima kabupaten/kota di Jawa Tengah. Para penduduk terpaksa mengungsi ke berbagai lokasi aman, di antaranya sekolah.
Balai Besar Sungai (BBWS) Bengawan Solo akan menambah kapasitas pompa air untuk mengantisipasi banjir agar tidak separah pekan lalu.
Baca juga: Kepala BMKG: Kekeringan dampak nyata perubahan iklim
Baca juga: 4.000 warga Sukoharjo mengungsi akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo
Baca juga: Lebih dari 10.000 jiwa terdampak banjir di Solo, sebagian mengungsi
Baca juga: Hujan sejak Kamis siang, sejumlah wilayah di Solo terendam banjir
BMKG: Perubahan tata guna lahan meluapkan Sungai Bengawan Solo
20 Februari 2023 19:46 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (ANTARA/HO-BMKG)
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023
Tags: