Penandatanganan kesepakatan ini menjadi komitmen AstraZeneca untuk mendukung transformasi sistem program Kementerian Kesehatan sebagai upaya mengontrol penyakit tidak menular dan kesempatan transfer teknologi bagi sistem kesehatan di Indonesia.
Chon menjelaskan AstraZeneca saat ini telah membangun program screening awal untuk deteksi pasien kanker di Indonesia guna meningkatkan angka kesembuhan.
"Kita juga ada program untuk screening awal, banyak pasien Indonesia berobat kanker, tapi sudah masuk ke stadium akhir, maka itu mereka harus datang saat stadium awal untuk meningkatkan angka kesembuhan," ucapnya.
Baca juga: AstraZeneca gali potensi perempuan muda lewat program kepemimpinan
Program deteksi dini ini tidak hanya untuk pasien kanker paru, tetapi banyak juga pasien kanker ovarium yang terjadi pada wanita di Indonesia yang tidak terdeteksi diawal sehingga menurunkan pravelansi angka kesembuhan.
Program edukasi lainnya yang dilakukan AstraZeneca bekerjasama dengan pemerintah Indonesia, khususnya Puskesmas, adalah dalam menangani isu SABA atau penggunaan obat pereda asma berlebihan yang menjadi beban bagi sistem kesehatan di Indonesia.
Kerja sama ini untuk membangun kecakapan di Puskesmas untuk mengembangkan kemampuan perawatan sehingga pasien bisa diketahui lebih awal, screening, diagnosa awal dan mendapatkan perawatan dengan baik.
Selain itu, AstraZeneca juga mengembangkan edukasi untuk generasi muda dengan program "Young Health Program" yang mengajarkan bagaimana menjalani hidup sehat dan mengetahui berbagai macam penyakit tidak menular dan bagaimana cara mengatasinya.
Lebih lanjut, Chon menyebut AstraZeneca juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dengan menanam 20 juta pohon di Jawa Barat, dan akan berkembang di beberapa kota lainnya di Indonesia.
Baca juga: Menkes: Jangan biarkan anak terkena stunting
Baca juga: Menkes anjurkan masyarakat skrining kanker berkala
Baca juga: Menkes: Aplikasi penanganan stunting buatan Sumedang diuji di 50 kota