"Dengan mengenal, kita pancing dia menceritakan keluarganya seperti apa, kita akan tahu, oh ternyata keluarganya bahagia, dari kecil ternyata dia bahagia, tidak pernah punya trauma. Nah ini akan menjadi satu penilaian yang baik, ini kandidat nih kayak-nya untuk teman hidup kita yang aman, tidak menjadi toxic relationship-nya," kata Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Eni Widiyanti dalam diskusi bertema "Cegah Perempuan Terjebak Toxic Relationship dengan Pria Posesif", di Jakarta, Jumat.
Eni Widiyanti mengatakan banyak remaja yang memilih pasangan berdasarkan kriteria fisik saja tanpa mengenali kepribadian-nya.
"Kebanyakan dari kita ini, apalagi yang remaja-remaja, pokoknya begitu lihat mukanya yang ganteng, sudah langsung tanpa berusaha untuk mengenal dulu," kata Eni Widiyanti.
Pihaknya juga menyebutkan ada fenomena bahwa banyak pasangan yang menolerir praktik kekerasan dalam hubungan mereka karena terlanjur mencintai.
"Kebanyakan perempuan kan sudah merasa terlanjur sayang, terus diajak nikah juga," katanya.
Padahal menurutnya, praktik kekerasan itu dapat terjadi berulang dalam suatu hubungan dan bahkan kadarnya bisa semakin tinggi.
"KDRT bisa awalnya skalanya cuma memukulnya sebentar atau sedikit, terus lama-lama bisa yang membahayakan jiwa," kata Eni Widiyanti.
Oleh karena itu, pihaknya meminta agar perempuan memiliki kesadaran untuk memilih pasangan yang baik, tidak hanya berdasarkan perasaan cinta saja.
"Jangan langsung love is blind, enggak ada yang namanya sesuatu itu blind, tapi harus bisa dimulai dengan kesadaran," pesan Eni.
Baca juga: Pria Pilih Wanita Seksi Untuk Hubungan Sesaat
Baca juga: Masihkah bibit, bebet, dan bobot relevan untuk pilih calon pasangan?