Bandung (ANTARA News) - Pakar vaksin dr. Novilia S. Bachtiar, Kepala Divisi Surveilans PT Bio Farma (Persero), mengharapkan para dokter anak paham soal vaksin karena mereka sangat diperlukan saat menyampaikan informasi secara benar soal vaksin dan vaksinasi kepada masyarakat.
Dr. Novalia Bachtiar menyampaikan harapannya itu saat mewakili Bio Farma sebagai narasumber seputar vaksinasi dalam kegiatan pertemuan dengan ahli (Meet The Expert) Pekan Tahunan Ilmiah Ikatan Dokter Anak Indonesia (PTI IDAI) 2012 di Bandung pekan lalu.
Para dokter anak sebagai pengguna produk vaksin, kata Novalia, merupakan garda terdepan Pemerintah yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan merupakan kunci sukses program imunisasi nasional.
"Ada beberapa hal penting perlu diperhatikan bahwa anak-anak mengisi 30 persen dari jumlah populasi di dunia," katanya.
Menurut Novalia, walau populasi anak-anak hanya 30 persen, tetapi masa depan bangsa saat ini 100 persen berada di tangan mereka. Dengan demikian, semua pihak harus berusaha sebaik mungkin memberikan yang terbaik untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi mereka.
"Masyarakat tidak perlu ragu akan keamanan dan manfaat imunisasi. Saat ini, 194 negara di melaksanakan imunisasi. Bahkan, negara-negara dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi masih terus melaksanakan program imunisasi, termasuk negara-negara berpenduduk mayoritas Islam," kata Novilia.
Sementara itu, berbicara dalam forum yang sama pekan lalu, Dr. Soedjatmiko dalam kapasitas sebagai Wakil Ketua Satgas Imunisasi mengemukakan, selama ini terdapat informasi menyesatkan seputar vaksinasi di masyarakat. Beberapa kelompok masyarakat menggunakan isu vaksin dan vaksinasi untuk meningkatkan kepentingan bisnis pribadi.
Isu negatif penolakan vaksin ini menjadi kecenderungan topik di dunia maya, khususnya media sosial seperti Twitter, Facebook, milis, dan blog.
"Oleh karena itu perlu dijelaskan terhadap pemikiran yang keliru tersebut," kata Soedjatmoko, agar kejadian atau kematian penyakit infeksi berat dapat dicegah dan ditekan melalui imunisasi.
Berdasarkan data terakhir WHO, sampai saat ini angka kematian Balita akibat penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih tinggi, terdapat kematian Balita 1,4 juta jiwa per tahun, misalnya batuk rejan 294.000 (20 persen), tetanus 198.000 (14 persen), campak 540.000 (38 persen).
Mengutip UNICEF, Soedjatmoko mengatakan, ada sekitar 30.000-40.000 anak setiap tahun menderita serangan campak. Imunisasi merupakan kewajiban guna memberikan kesejahteraan bagi anak-anak sesuai dengan hak anak yang tercantum dalam Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia tahun 1990, yaitu hak untuk dilindungi.
"Vaksin yang tersedia saat ini aman karena telah melalui tahapan uji klinik, dan mendapat ijin edar BPOM. Vaksin yang dipakai oleh program imunisasi juga telah memperoleh pengakuan dari Badan International WHO dan lolos PQ (prakualifikasi)," kata dr Soedjatmiko.
Ditambahkannya, ada beberapa pemikiran keliru mengenai imunisasi di masyarakat. Pemikiran yang sering muncul antara lain isu vaksin tidak halal karena menggunakan media yang tidak sesuai syariat, efek samping berbahaya, isu konspirasi negara Barat untuk meracuni penduduk negara berkembang serta adanya bisnis besar di balik program imunisasi.
Dari sisi pandangan agama, sebagaimana disampaikan Dr. Amirsyah dari MUI, vaksin-vaksin yang dipergunakan dalam program imunisasi nasional aman dan telah mendapat izin dari MUI. Vaksin tersebut buatan Bio Farma dan telah diekspor ke beberapa negara-Islam.
Masyarakat sebaiknya lebih waspada terhadap berbagai isu yang muncul dan jangan mudah mempercayai hal-hal yang tidak jelas dan tidak ilmiah. Untuk itu, perlu adanya jalinan kerjasama dengan berbagai sektor terkait guna mendidik masyarakat dalam hal imunisasi, demikian Amirsyah.
(E004)
Dokter anak, kunci sukses imunisasi nasional
23 Oktober 2012 17:06 WIB
(FOTO ANTARA)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012
Tags: