Pengurangan volume sampah Yogyakarta tunjukkan tren peningkatan
17 Februari 2023 14:36 WIB
Sejumlah armada pengangkut sampah baru untuk mendukung gerakan nol sampah anorganik pada 2023, khususnya untuk mengangkut sampah dari pasar tradisional di Yogyakarta, Kamis (15/12/2022). (ANTARA/Eka AR)
Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta mencatat pengurangan volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Piyungan setelah gerakan nol sampah anorganik dijalankan mulai awal Januari menunjukkan tren yang semakin meningkat.
“Hingga awal Februari, volume sampah sudah berkurang sekitar 35 ton per hari atau sudah meningkat dibanding pengurangan pada pertengahan Januari sekitar 17 ton per hari,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, pengurangan volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan akan terus ditingkatkan sehingga memenuhi target yang diharapkan yaitu berkurangan 40-50 ton per hari pada akhir Maret.
Melalui gerakan nol sampah anorganik, warga di Kota Yogyakarta tidak lagi diperbolehkan membuang sampah anorganik ke depo atau tempat pembuangan sampah.
Baca juga: Yogyakarta operasikan 42 armada tambahan pengangkutan sampah
Baca juga: Satlinmas Yogyakarta masih temukan warga buang sampah tidak terpilah
Sampah anorganik harus bisa dikelola oleh rumah tangga atau penghasil sampah untuk selanjutnya dibawa ke bank sampah yang ada di lingkungan masing-masing.
Sedangkan sampah organik dan sampah residu masih tetap dapat dibuang ke depo atau tempat pembuangan sampah.
Gerakan tersebut ditujukan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan dengan harapan usia teknis tempat pembuangan akhir tersebut bisa diperpanjang. Pada 2022, Kota Yogyakarta rata-rata membuang 260 ton sampah per hari ke TPA Piyungan dengan 40 persen adalah sampah anorganik.
Meskipun volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan sudah berkurang, namun Sugeng menyebut penguatan edukasi terkait pemilahan sampah tetap harus dilakukan agar masyarakat memiliki budaya memilah sampah sejak dari sumbernya.
“Di banyak negara maju, pemilahan sampah sudah menjadi budaya. Kami pun berharap, masyarakat di Yogyakarta juga memiliki kesadaran yang semakin baik untuk memilah sampah,” kata Sugeng.
Selain edukasi pemilahan sampah, DLH Kota Yogyakarta juga menambah jumlah depo yang dijaga petugas dari satuan perlindungan masyarakat (satlinmas) Satpol PP Kota Yogyakarta agar tidak ada lagi masyarakat yang membuang sampah anorganik.
“Jika sebelumnya hanya ada 13 depo yang dijaga petugas, maka sejak awal Februari ada tambahan 13 TPS yang dijaga petugas. Jadi, totalnya ada 26 depo dan TPS yang dijaga 24 jam,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengatakan untuk mencapai target pengurangan 50 ton sampah membutuhkan waktu.
“Untuk membiasakan masyarakat memilah sampah dan tidak membuang sampah anorganik membutuhkan waktu dan ini terus berproses. Saya kira, capaian pengurangan sampah hingga awal Februari cukup baik,” katanya.*
Baca juga: Pemkot Yogyakarta catat tren turun volume sampah pekan ketiga Januari
Baca juga: Satpol PP Yogyakarta amankan empat warga buang sampah sembarangan
“Hingga awal Februari, volume sampah sudah berkurang sekitar 35 ton per hari atau sudah meningkat dibanding pengurangan pada pertengahan Januari sekitar 17 ton per hari,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, pengurangan volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan akan terus ditingkatkan sehingga memenuhi target yang diharapkan yaitu berkurangan 40-50 ton per hari pada akhir Maret.
Melalui gerakan nol sampah anorganik, warga di Kota Yogyakarta tidak lagi diperbolehkan membuang sampah anorganik ke depo atau tempat pembuangan sampah.
Baca juga: Yogyakarta operasikan 42 armada tambahan pengangkutan sampah
Baca juga: Satlinmas Yogyakarta masih temukan warga buang sampah tidak terpilah
Sampah anorganik harus bisa dikelola oleh rumah tangga atau penghasil sampah untuk selanjutnya dibawa ke bank sampah yang ada di lingkungan masing-masing.
Sedangkan sampah organik dan sampah residu masih tetap dapat dibuang ke depo atau tempat pembuangan sampah.
Gerakan tersebut ditujukan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan dengan harapan usia teknis tempat pembuangan akhir tersebut bisa diperpanjang. Pada 2022, Kota Yogyakarta rata-rata membuang 260 ton sampah per hari ke TPA Piyungan dengan 40 persen adalah sampah anorganik.
Meskipun volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan sudah berkurang, namun Sugeng menyebut penguatan edukasi terkait pemilahan sampah tetap harus dilakukan agar masyarakat memiliki budaya memilah sampah sejak dari sumbernya.
“Di banyak negara maju, pemilahan sampah sudah menjadi budaya. Kami pun berharap, masyarakat di Yogyakarta juga memiliki kesadaran yang semakin baik untuk memilah sampah,” kata Sugeng.
Selain edukasi pemilahan sampah, DLH Kota Yogyakarta juga menambah jumlah depo yang dijaga petugas dari satuan perlindungan masyarakat (satlinmas) Satpol PP Kota Yogyakarta agar tidak ada lagi masyarakat yang membuang sampah anorganik.
“Jika sebelumnya hanya ada 13 depo yang dijaga petugas, maka sejak awal Februari ada tambahan 13 TPS yang dijaga petugas. Jadi, totalnya ada 26 depo dan TPS yang dijaga 24 jam,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengatakan untuk mencapai target pengurangan 50 ton sampah membutuhkan waktu.
“Untuk membiasakan masyarakat memilah sampah dan tidak membuang sampah anorganik membutuhkan waktu dan ini terus berproses. Saya kira, capaian pengurangan sampah hingga awal Februari cukup baik,” katanya.*
Baca juga: Pemkot Yogyakarta catat tren turun volume sampah pekan ketiga Januari
Baca juga: Satpol PP Yogyakarta amankan empat warga buang sampah sembarangan
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023
Tags: