Kartu kredit tak ada gunanya lagi Venezuela akibat inflasi tinggi
13 Februari 2023 21:36 WIB
Arsip - Seorang anak membawa matras di tempat penampungan imigran "Divina Providencia" di Cucuta, perbatasan Kolombia-Venezuela, Kamis (20/2/2019). kibat krisis politik dan ekonomi berkepanjangan, terjadi eksodus warga Venezuela menuju negara tetangganya seperti Brazil, Kolombia, Peru dan Chili. ANTARA FOTO/REUTERS/Edgard Garrido/pras.
Caracas (ANTARA) - Kartu kredit menjadi semakin tidak berguna di Venezuela karena inflasi yang tinggi dan pembatasan oleh pemerintah, memperburuk kondisi penduduk bergaji rendah yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selama krisis ekonomi, Pemerintah Venezuela memberlakukan persyaratan pinjaman perbankan yang ketat, yakni mengizinkan bank untuk meminjamkan maksimum 27 persen dari arus kas mereka. Hal ini mendorong pemilik bisnis lokal untuk mencari pinjaman ke luar negeri.
Dan meskipun pemerintah Presiden Nicolas Maduro sudah melonggarkan kebijakan kontrol mata uang pada 2019, dan membiarkan bank-bank lokal membuka rekening berdenominasi dolar, masih banyak pembatasan kredit yang berlaku.
"Itu (kartu kredit) tidak berguna," kata Lina Pereira, seorang staf administrasi di pusat kota Valencia.
Pereira mengatakan kedua kartu kreditnya kini memiliki batas yang rendah. "Orang tua saya membeli peralatan rumah tangga dan komputer dengan kartu kredit mereka, tapi itu kini merupakan kenangan bagi warga Venezuela," jelasnya.
Ketika pendapatan menurun dan biaya hidup meningkat, kartu kredit menjadi penolong bagi banyak orang untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Meski limit kartu kredit stagnan dan beberapa bank sudah memberhentikan layanan kartu kredit, banyak orang tidak punya pilihan.
"Bank tidak punya cara untuk meminjamkan uang, dan kita butuh pinjaman ini," kata Pereira yang sekarang total limit kartu kreditnya hanya 2 dolar AS (Rp30 ribu) per bulan. Dengan limit tersebut, dia tidak bisa lagi membeli makanan dengan kartu kreditnya.
Pada akhir Desember 2022, kartu kredit hanya menyumbang 2 persen - setara dengan sekitar 16 juta dolar AS atau Rp243 miliar - ke portofolio kredit bank-bank Venezuela, menurut pengawas perbankan negara itu.
Pada 2012, kontribusi kartu kredit di Venezuela masih 12 persen, sementara untuk saat ini di Republik Dominika dan Bolivia, kartu kredit menyumbang 5 persen ke portofolio kredit bank, menurut regulator masing-masing negara tersebut.
"Hiperinflasi dan regulasi telah mengakhiri kredit konsumtif," kata seorang eksekutif perbankan Venezuela.
Sumber: Reuters
Baca juga: Goldman Sachs dituduh bersekongkol hisap ekonomi Venezuela
Baca juga: Maduro merespons sanksi ekonomi AS
Baca juga: Maduro perkirakan ekonomi Venezuela tumbuh 4 persen
Selama krisis ekonomi, Pemerintah Venezuela memberlakukan persyaratan pinjaman perbankan yang ketat, yakni mengizinkan bank untuk meminjamkan maksimum 27 persen dari arus kas mereka. Hal ini mendorong pemilik bisnis lokal untuk mencari pinjaman ke luar negeri.
Dan meskipun pemerintah Presiden Nicolas Maduro sudah melonggarkan kebijakan kontrol mata uang pada 2019, dan membiarkan bank-bank lokal membuka rekening berdenominasi dolar, masih banyak pembatasan kredit yang berlaku.
"Itu (kartu kredit) tidak berguna," kata Lina Pereira, seorang staf administrasi di pusat kota Valencia.
Pereira mengatakan kedua kartu kreditnya kini memiliki batas yang rendah. "Orang tua saya membeli peralatan rumah tangga dan komputer dengan kartu kredit mereka, tapi itu kini merupakan kenangan bagi warga Venezuela," jelasnya.
Ketika pendapatan menurun dan biaya hidup meningkat, kartu kredit menjadi penolong bagi banyak orang untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Meski limit kartu kredit stagnan dan beberapa bank sudah memberhentikan layanan kartu kredit, banyak orang tidak punya pilihan.
"Bank tidak punya cara untuk meminjamkan uang, dan kita butuh pinjaman ini," kata Pereira yang sekarang total limit kartu kreditnya hanya 2 dolar AS (Rp30 ribu) per bulan. Dengan limit tersebut, dia tidak bisa lagi membeli makanan dengan kartu kreditnya.
Pada akhir Desember 2022, kartu kredit hanya menyumbang 2 persen - setara dengan sekitar 16 juta dolar AS atau Rp243 miliar - ke portofolio kredit bank-bank Venezuela, menurut pengawas perbankan negara itu.
Pada 2012, kontribusi kartu kredit di Venezuela masih 12 persen, sementara untuk saat ini di Republik Dominika dan Bolivia, kartu kredit menyumbang 5 persen ke portofolio kredit bank, menurut regulator masing-masing negara tersebut.
"Hiperinflasi dan regulasi telah mengakhiri kredit konsumtif," kata seorang eksekutif perbankan Venezuela.
Sumber: Reuters
Baca juga: Goldman Sachs dituduh bersekongkol hisap ekonomi Venezuela
Baca juga: Maduro merespons sanksi ekonomi AS
Baca juga: Maduro perkirakan ekonomi Venezuela tumbuh 4 persen
Penerjemah: Kenzu Tandiah
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023
Tags: