Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjajaki peluang kerja sama pengembangan baterai kendaraan listrik (electric car/EV) dengan pengusaha lithium Australia.

Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan yang dipantau di Jakarta, Senin, saat menghadiri roundtable meeting yang dijembatani antara Australia Indonesia Business Council bersama KJRI Perth, Luhut mengatakan meski kaya akan nikel, Indonesia belum menjadi raja baterai kendaraan listrik dunia karena tidak mempunyai lithium yang merupakan bahan utama pengembangan industri baterai EV.

"Di hadapan para pengusaha lithium, saya sampaikan bahwa Australia adalah kandidat terbaik dan partner potensial kami untuk mengembangkan industri baterai EV karena setengah dari lithium dunia ada di negeri Kangguru," katanya pula.

Dalam kesempatan itu, Luhut juga membawa beberapa BUMN di sektor sumber daya mineral untuk bertemu dan menjajaki langsung kerja sama dengan para pengusaha lithium di Australia.

Menurut Luhut, Indonesia perlu mendapatkan kepercayaan agar bisa bekerja sama dengan salah satu raksasa lithium dunia itu, di antaranya dengan mempertimbangkan beberapa kemudahan kebijakan yang akan Indonesia berikan. Namun, di sisi lain hal itu tetap dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan.

"Kami sadar bahwa cita-cita menjadi 'raja' baterai kendaraan listrik dunia bukan hal yang mudah. Maka dari itu rasanya perlu memiliki mitra kerja sama yang saling percaya dan mendukung, memberi masukan dalam mewujudkan regulasi yang lebih baik, investasi yang lebih terbuka sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja kedua negara demi mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan," katanya pula.

Lebih lanjut, Luhut mengungkapkan Indonesia bukanlah negara yang sama dengan Indonesia puluhan tahun lalu. Ia menegaskan Indonesia tengah berada di jalur untuk melakukan transformasi besar-besaran.

"We’re on our way to making a major transformation. Meskipun masih banyak negara masih menganggap kami sebelah mata, namun tidak sedikit yang mengapresiasi perubahan besar Indonesia karena mampu bertahan dalam kondisi sulit dampak gejolak perekonomian global," katanya lagi.

Luhut mengatakan kunci dari resiliensi perekonomian Indonesia adalah pengembangan industri hilirisasi mineral yang bernilai tambah tinggi sebagai fokus untuk mempercepat komitmen global dalam transisi energi.
Baca juga: Luhut yakin RI jadi produsen baterai kendaraan listrik terbesar 2027
Baca juga: Pertamina siap kembangkan ekosistem baterai EV dengan optimalkan nikel