Chisinau (ANTARA) - Pemerintah Moldova pimpinan Perdana Menteri Natalia Gavrilita pada Jumat mundur di tengah krisis ekonomi dan dampak perang Rusia di Ukraina.

Presiden Maia Sandu menerima pengunduran diri Gavrilita dan mencalonkan Dorin Recean sebagai penggantinya.

Recean (48) adalah mantan menteri dalam negeri yang menjadi penasihat pertahanan Sandu dan Ketua Dewan Keamanan Moldova.

Pencalonannya itu diperkirakan akan disetujui parlemen.

Recean mengatakan dia akan mendorong Moldova untuk bergabung dengan Uni Eropa dan memulihkan ekonomi.

"Pemerintah baru akan memprioritaskan tiga hal: ketertiban dan disiplin, ekonomi dan kehidupan baru, serta perdamaian dan stabilitas," katanya kepada pers.

Dia akan menghadapi berbagai persoalan, termasuk upaya Rusia untuk "merusuhi" Moldova.

Negara pecahan bekas Uni Soviet yang berpenduduk 2,5 juta jiwa itu berbatasan dengan Ukraina dan Romania, anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa (EU).

Rusia, yang memiliki tentara di wilayah sempalan Transdniestria di Moldova, gusar dengan kemungkinan negara kecil itu bergabung dengan EU.

Ketegangan kian meningkat pada Jumat ketika Moldova mengatakan bahwa rudal yang diluncurkan Rusia ke Ukraina telah melanggar wilayah udaranya.

Moldova kemudian memanggil Duta Besar Rusia untuk menyampaikan protes.

Kementerian Luar Negeri mengutuk insiden itu, menyebutnya sebagai "tindakan tidak bersahabat", "menantang Moldova", dan "benar-benar tidak bisa diterima".

Tentang pengunduran diri PM, Sandu berterima kasih kepada pemerintah atas upayanya memimpin Moldova menghadapi begitu banyak krisis.

Terlepas dari berbagai tantangan saat ini, kata Sandu, Moldova telah diperintah secara bertanggung jawab.

"Kita menikmati stabilitas, perdamaian dan pembangunan, sementara (negara) lain menghadapi perang dan kebangkrutan," katanya.

Gavrilita menjadi PM pada Agustus 2021 setelah partainya yang pro-Eropa, Partai Aksi dan Solidaritas, meraih mayoritas kursi di parlemen dengan mandat memberantas korupsi.

Para pemimpin EU menerima Moldova sebagai calon anggota tahun lalu.

Pemerintah Moldova telah menyusun peta reformasi agar negara itu segera diterima oleh EU dan berupaya mendiversifikasi pasokan energinya.

Namun, Moldova menghadapi lonjakan inflasi dan masuknya pengungsi dari Ukraina.

Moldova juga menderita kekurangan listrik setelah serangan Rusia merusak fasilitas energi Ukraina, dan berjuang mengurangi ketergantungan pada gas Rusia.

Kenaikan harga bahan pokok, khususnya gas Rusia, memicu gelombang protes tahun lalu, ketika para demonstran menuntut agar pemerintah dan Sandu mundur.

Pemerintah Moldova menyebut aksi-aksi protes itu didalangi Moskow untuk membuat kekacauan.

"Saya percaya dengan rakyat Moldova. Saya percaya dengan Moldova," kata Gavrilita saat mengumumkan pengunduran diri pemerintahnya.

"Saya percaya bahwa kita akan mampu melalui semua kesulitan dan tantangan ini."

Sumber: Reuters

Baca juga: Serangan Rusia sebabkan pemadaman listrik singkat di Moldova
Baca juga: Rusia peringatkan status Ukraina dan Moldova sebagai calon anggota EU
Baca juga: Separatis Moldova laporkan serangan "drone" dekat perbatasan Ukraina