Bayi baru lahir, balita yang selamat bawa kebahagiaan usai gempa Turki
10 Februari 2023 21:05 WIB
Seorang penyelamat menggendong bayi laki-laki Kerem Agirtas, korban selamat berusia 20 hari yang dievakuasi dari bawah reruntuhan, setelah gempa mematikan di Hatay, Turki, 8 Februari 2023. ANTARA/REUTERS/Kemal Aslan/as/pri.
Antakya, Turki (ANTARA) - Sambil berjongkok di bawah lempengan beton dan membisikkan "insya Allah", tim penyelamat dengan hati-hati berusaha memasuki celah puing, lalu meraih seorang bayi baru lahir berusia 10 hari yang bertahan selama empat hari bersama ibunya di bawah gedung yang runtuh.
Dengan mata terbuka lebar, bayi laki-laki bernama Yagiz Ulas itu kemudian dibungkus dengan selimut termal dan dibawa ke rumah sakit lapangan di Samandag, Provinsi Hatay, pada Jumat.
Petugas darurat juga membawa ibunya, yang tampak linglung dan pucat tetapi dalam kondisi sadar, dengan tandu, seperti yang terlihat pada video dari badan bencana Turki.
Penyelamatan sejumlah anak telah membangkitkan semangat tim penyelamat yang lelah untuk mencari korban pada hari kelima setelah gempa besar di Turki dan negara tetangganya Suriah, yang sudah menewaskan lebih dari 21.000 orang.
Video-video yang disiarkan layanan bencana pada Jumat menunjukkan bahwa setidaknya tujuh anak berhasil diselamatkan. Kelangsungan hidup mereka yang menakjubkan telah menginspirasi tim, yang juga menyelamatkan beberapa orang dewasa yang terperangkap.
Tim penyelamat, termasuk spesialis dari puluhan negara, bekerja keras sepanjang malam di reruntuhan ribuan bangunan yang rata dengan tanah.
Dalam suhu sangat dingin, mereka terus berusaha mencari tanda-tanda kehidupan dari gundukan beton yang hancur.
Di Kota Kahramanmaras di Turki, sekitar 200 km utara Samandag, petugas berpakaian jingga berusaha masuk ke bawah bangunan yang runtuh dan menemukan seorang balita yang menangis ketika debu mengenai matanya.
Sesaat kemudian, kelegaan tampak terlihat pada balita itu dan tim penyelamat dengan lembut membersihkan wajahnya.
Namun, lebih jauh ke timur Turki, wajah ketakutan jelas terlihat dari seorang anak laki-laki yang lain, saat memandang keluar dari gedung yang hancur.
Tangisannya terdengar di antara kebisingan suara bor dan gerinda yang berusaha membebaskannya pada Jumat pagi di Kota Diyarbakir.
Di kota dengan mayoritas penduduk suku Kurdi itu, gempa besar bermagnitudo 7,8 dan gempa susulan telah mengubah sebuah blok-blok apartemen menjadi gundukan puing dan tumpukan batu.
Setelah membuat lubang yang lebih lebar, para penyelamat kemudian memasang masker oksigen di wajah bocah itu dan membawanya ke tempat yang aman.
Seperti bayi Yagiz, dia juga diikuti oleh ibunya yang selamat dan dibawa dengan tandu. Penyelamatan tersebut dilakukan 103 jam setelah gempa terjadi pada Senin.
Sementara itu di seberang perbatasan di Suriah, tim penyelamat dari kelompok White Helmets menggunakan tangan kosong untuk menggali plester dan semen.
Dalam debu tebal, tim penyelamat akhirnya berhasil meraih kaki seorang bocah perempuan yang mengenakan piyama merah jambu, yang kotor akibat terjebak berhari-hari di bawah reruntuhan.
Bocah itu akhirnya selamat dan melanjutkan hidupnya.
Sumber: Reuters
Dengan mata terbuka lebar, bayi laki-laki bernama Yagiz Ulas itu kemudian dibungkus dengan selimut termal dan dibawa ke rumah sakit lapangan di Samandag, Provinsi Hatay, pada Jumat.
Petugas darurat juga membawa ibunya, yang tampak linglung dan pucat tetapi dalam kondisi sadar, dengan tandu, seperti yang terlihat pada video dari badan bencana Turki.
Penyelamatan sejumlah anak telah membangkitkan semangat tim penyelamat yang lelah untuk mencari korban pada hari kelima setelah gempa besar di Turki dan negara tetangganya Suriah, yang sudah menewaskan lebih dari 21.000 orang.
Video-video yang disiarkan layanan bencana pada Jumat menunjukkan bahwa setidaknya tujuh anak berhasil diselamatkan. Kelangsungan hidup mereka yang menakjubkan telah menginspirasi tim, yang juga menyelamatkan beberapa orang dewasa yang terperangkap.
Tim penyelamat, termasuk spesialis dari puluhan negara, bekerja keras sepanjang malam di reruntuhan ribuan bangunan yang rata dengan tanah.
Dalam suhu sangat dingin, mereka terus berusaha mencari tanda-tanda kehidupan dari gundukan beton yang hancur.
Di Kota Kahramanmaras di Turki, sekitar 200 km utara Samandag, petugas berpakaian jingga berusaha masuk ke bawah bangunan yang runtuh dan menemukan seorang balita yang menangis ketika debu mengenai matanya.
Sesaat kemudian, kelegaan tampak terlihat pada balita itu dan tim penyelamat dengan lembut membersihkan wajahnya.
Namun, lebih jauh ke timur Turki, wajah ketakutan jelas terlihat dari seorang anak laki-laki yang lain, saat memandang keluar dari gedung yang hancur.
Tangisannya terdengar di antara kebisingan suara bor dan gerinda yang berusaha membebaskannya pada Jumat pagi di Kota Diyarbakir.
Di kota dengan mayoritas penduduk suku Kurdi itu, gempa besar bermagnitudo 7,8 dan gempa susulan telah mengubah sebuah blok-blok apartemen menjadi gundukan puing dan tumpukan batu.
Setelah membuat lubang yang lebih lebar, para penyelamat kemudian memasang masker oksigen di wajah bocah itu dan membawanya ke tempat yang aman.
Seperti bayi Yagiz, dia juga diikuti oleh ibunya yang selamat dan dibawa dengan tandu. Penyelamatan tersebut dilakukan 103 jam setelah gempa terjadi pada Senin.
Sementara itu di seberang perbatasan di Suriah, tim penyelamat dari kelompok White Helmets menggunakan tangan kosong untuk menggali plester dan semen.
Dalam debu tebal, tim penyelamat akhirnya berhasil meraih kaki seorang bocah perempuan yang mengenakan piyama merah jambu, yang kotor akibat terjebak berhari-hari di bawah reruntuhan.
Bocah itu akhirnya selamat dan melanjutkan hidupnya.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023
Tags: