Yogyakarta (ANTARA News) - Frekuensi guguran awan panas dari Gunung Merapi (2965 mdpl) berdasarkan pemantauan Rabu pagi pukul 00.00 hingga 06.00 WIB kian menurun dibanding hari-hari sebelumnya. Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, dari pukul 00.00 hingga 06.00 WIB Rabu hanya terjadi awan panas 4 kali, sedangkan hari sebelumnya 16 Mei dalam periode sama terjadi 11 kali. Hari sebelumnya lagi yakni 15 Mei terjadi 16 kali awan panas, dan satu diantaranya yang terjadi pada pukul 05.55 WIB yang merupakan awan panas terbesar dengan jarak luncur maksimum 4 km. Dua dari empat awan panas yang terjadi Rabu pukul 00.00 - 06.00 WIB itu mengarah ke hulu Kali Krasak dengan jarak luncur maksimum 3 km, serta satu kali ke Kali Gendol dengan jarak luncur 1 km dan 1 kali ke hulu Kali Boyong dengan jarak luncur 3,5 km. Selain awan panas, terjadi pula gempa guguran 54 kali dan gempa fase banyak (MP) 34 kali. Sementara pada 16 Mei terjadi awan panas 43 kali yang mengarah ke hulu Kali Krasak dengan jarak luncur maksimum 2,5 km, dan pada 15 Mei terjadi 49 kali awan panas dengan jarak luncur maksimum 4 km. Sedangkan data kegempaan pada 16 Mei menunjukkan terjadi gempa vulkanik dangkal (VTB) 3 kali, MP 126 kali dan gempa guguran 257 kali. Hasil pengamatan visual pada 16 Mei menunjukkan keadaan asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan lemah dan tinggi maksimum 400 meter. Cuaca di sekitar puncak Merapi pada malam hingga pagi cerah, sedangkan siang dan sore hari tertutup kabut. Guguran lava pijar terlihat dari Pos Kaliurang sebanyak 43 kali, sebagian mengarah ke hulu Kali Krasak dengan jarak luncur maksimum 2 km dan sebagian lagi ke Kali Gendol dengan jarak luncur maksimum sekitar 1 km. (*)