Kolombo (ANTARA) - Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada Rabu (8/2) menyatakan keyakinan bahwa negaranya akan pulih dari kebangkrutan pada 2026.

Sri Lanka saat ini sedang bergerak dari ekonomi negatif menuju ekonomi positif, dan pada akhir 2023, Sri Lanka akan mampu mencapai pertumbuhan ekonomi, kata Presiden Ranil Wickremesinghe.

Saat memberikan penjelasan mengenai kebijakan pemerintah pada masa mendatang kepada parlemen, Wickremesinghe mengatakan bahwa dirinya akan melanjutkan program reformasi pajak meski dianggap tidak populer oleh beberapa kelompok.

"Saya siap mengambil keputusan-keputusan yang tidak populer demi bangsa ini. Orang-orang akan menyadari betapa pentingnya keputusan-keputusan itu dalam dua sampai tiga tahun," ujarnya.

Wickremesinghe mengatakan meskipun mengalami berbagai kesulitan, pemerintah mengambil serangkaian langkah untuk melindungi kelompok-kelompok rentan di Sri Lanka yang menderita akibat krisis ekonomi.

"Mereka yang mengalami kemiskinan absolut telah diidentifikasi. Sebuah program sedang disiapkan untuk membiayai mereka secara langsung melalui rekening bank kesejahteraan," ungkapnya.

Dia juga mengungkapkan bahwa dukungan internasional yang diterima Sri Lanka saat ini menunjukkan bahwa negara tersebut berada di jalur yang benar.

Wickremesinghe pun mengimbau semua pihak di parlemen untuk bergabung dalam proses untuk membangun kembali dan memulihkan Sri Lanka.