BI perkirakan pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2023 tetap kuat
9 Februari 2023 18:28 WIB
Ilustrasi - Salah satu UMKM yang ditampilkan pada kegiayan Technolink. Infrastruktur untuk UMKM menjadi salah satu perhatian utama Pemprov Jateng dalam rangka pertumbuhan ekonomi. ANTARA/Aris Wasita.
Semarang (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah (Jateng) pada 2023 akan tetap kuat di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen (year on year) didorong dari sisi domestik.
"Kami masih optimistis tumbuh 4,5-5,3 persen. Karena dari sisi domestik bagus meski sisi eksternal menurun," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Jateng Rahmat Dwi Saputra, di Semarang, Kamis.
Hal tersebut disampaikannya saat temu media mengenai "update" informasi dan perkembangan ekonomi regional Jateng yang berlangsung di Kantor BI Provinsi Jateng, Semarang.
Dari sisi domestik, kata dia, kinerja investasi diperkirakan tumbuh dengan berbagai proyek strategis yang sedang berlangsung, sementara dari kinerja konsumsi rumah tangga masih bertahan.
Ia menjelaskan kinerja investasi juga didukung rencana relokasi lima perusahaan dari Banten, baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Kemudian, pembangunan megaproyek Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang dan sejumlah proyek strategis, seperti jalur tol Semarang-Demak dan Solo-Yogyakarta juga turut berkontribusi.
Sementara dari sisi eksternal, Rahmat menyebutkan perlambatan akan didorong oleh penurunan permintaan ekspor produk industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki dan furnitur di AS dan Eropa yang merupakan pasar andalan Jateng.
"Memang ada gangguan rantai pasok. Beberapa negara mengurangi 'demand', sehingga dari sisi (kinerja, Red.) eksternal berkurang," ujarnya pula.
Berkaca pada 2022, pertumbuhan ekonomi Jateng mencapai 5,31 persen (yoy) meningkat dibandingkan 2021 sebesar 3,33 persen persen (yoy), terutama didorong oleh peningkatan permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dengan andil sebesar 3,24 persen.
Dari sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan berasal dari lapangan usaha (LU) transportasi dan pergudangan, serta industri pengolahan.
Peningkatan LU transportasi dan pergudangan, serta industri pengolahan juga tercermin pada kenaikan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha yang mencapai 11,70 persen, lebih tinggi dari 2021 (5,81 persen). Prompt Manufacturing Index (PMI) Jateng juga meningkat menjadi 51,88 selama 2022.
Lebih lanjut, Rahmat menyebutkan capaian inflasi Jateng berada pada level terjaga, dengan kecenderungan yang semakin membaik dalam sasaran inflasi yang ditetapkan.
Pada Januari 2023, inflasi Jateng mengalami tercatat sebesar 0,32 persen (month to month) atau lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (0,34 persen mtm).
Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jateng yang berkesinambungan, kata dia, diperlukan langkah nyata dan sinergi kebijakan dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif.
Baca juga: BI Jateng terus dorong perwujudan bank sentral hijau
Baca juga: BI perkirakan ekonomi Jateng tumbuh 4,5-5,3 persen pada 2023
"Kami masih optimistis tumbuh 4,5-5,3 persen. Karena dari sisi domestik bagus meski sisi eksternal menurun," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Jateng Rahmat Dwi Saputra, di Semarang, Kamis.
Hal tersebut disampaikannya saat temu media mengenai "update" informasi dan perkembangan ekonomi regional Jateng yang berlangsung di Kantor BI Provinsi Jateng, Semarang.
Dari sisi domestik, kata dia, kinerja investasi diperkirakan tumbuh dengan berbagai proyek strategis yang sedang berlangsung, sementara dari kinerja konsumsi rumah tangga masih bertahan.
Ia menjelaskan kinerja investasi juga didukung rencana relokasi lima perusahaan dari Banten, baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Kemudian, pembangunan megaproyek Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang dan sejumlah proyek strategis, seperti jalur tol Semarang-Demak dan Solo-Yogyakarta juga turut berkontribusi.
Sementara dari sisi eksternal, Rahmat menyebutkan perlambatan akan didorong oleh penurunan permintaan ekspor produk industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki dan furnitur di AS dan Eropa yang merupakan pasar andalan Jateng.
"Memang ada gangguan rantai pasok. Beberapa negara mengurangi 'demand', sehingga dari sisi (kinerja, Red.) eksternal berkurang," ujarnya pula.
Berkaca pada 2022, pertumbuhan ekonomi Jateng mencapai 5,31 persen (yoy) meningkat dibandingkan 2021 sebesar 3,33 persen persen (yoy), terutama didorong oleh peningkatan permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dengan andil sebesar 3,24 persen.
Dari sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan berasal dari lapangan usaha (LU) transportasi dan pergudangan, serta industri pengolahan.
Peningkatan LU transportasi dan pergudangan, serta industri pengolahan juga tercermin pada kenaikan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha yang mencapai 11,70 persen, lebih tinggi dari 2021 (5,81 persen). Prompt Manufacturing Index (PMI) Jateng juga meningkat menjadi 51,88 selama 2022.
Lebih lanjut, Rahmat menyebutkan capaian inflasi Jateng berada pada level terjaga, dengan kecenderungan yang semakin membaik dalam sasaran inflasi yang ditetapkan.
Pada Januari 2023, inflasi Jateng mengalami tercatat sebesar 0,32 persen (month to month) atau lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (0,34 persen mtm).
Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jateng yang berkesinambungan, kata dia, diperlukan langkah nyata dan sinergi kebijakan dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif.
Baca juga: BI Jateng terus dorong perwujudan bank sentral hijau
Baca juga: BI perkirakan ekonomi Jateng tumbuh 4,5-5,3 persen pada 2023
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: