Kanselir Jerman: NATO tak boleh jadi bagian dari konflik Rusia-Ukraina
9 Februari 2023 18:08 WIB
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyampaikan pidato di Majelis Rendah Parlemen Jerman (Bundestag) pada Rabu (8/2/2023) menjelang pertemuan khusus Dewan Eropa untuk membahas konflik Ukraina-Rusia. (Xinhua)
Berlin (ANTARA) - Kanselir Jerman Olaf Scholz menyampaikan bahwa aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak boleh menjadi bagian dalam konflik antara Rusia dan Ukraina meskipun memberikan bantuan militer ke Ukraina.
Pernyataan tersebut disampaikan Scholz dalam pidatonya di majelis rendah parlemen Jerman (Bundestag) pada Rabu (8/2) menjelang pertemuan khusus Dewan Eropa untuk membahas konflik kedua negara tersebut.
Scholz memperingatkan soal "persaingan publik untuk saling mengalahkan satu sama lain dengan cara yang sama seperti tank tempur, kapal selam, pesawat terbang ... hal-hal ini akan merusak persatuan Barat".
"Kami menjaga dan memperkuat kohesi ini dengan menyiapkan sejumlah keputusan secara rahasia terlebih dahulu sebelum mengomunikasikannya," kata Scholz, mengacu pada keputusan baru-baru ini yang diambil oleh Jerman dan Amerika Serikat (AS) terkait pengiriman tank tempur ke Ukraina.
Karena meningkatnya tekanan mitra-mitra di NATO terhadap Jerman untuk memasok artileri berat ke Ukraina, Pemerintah Jerman pada akhir Januari memutuskan untuk mengirimkan 14 tank Leopard 2, serta mengizinkan para mitra untuk mengekspor kembali dari stok Leopard mereka.
Selain itu, ekspor hingga 178 tank Leopard 1 kemudian turut disetujui.
AS tak lama kemudian mengikuti langkah itu, dengan Presiden Joe Biden mengumumkan pengiriman tank tempur Abrams ke Ukraina.
Namun, para ahli mengatakan akan dibutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum tank Jerman dan AS tersebut dikirimkan.
Inggris merupakan pendukung terbesar kedua bagi Ukraina setelah AS.
Pada 2022, Inggris telah memberikan bantuan militer senilai total hampir 2,8 miliar dolar AS, dan Pemerintah Inggris telah berjanji akan "mempertahankan tingkat pendanaan yang sama pada 2023".
Ketua majelis rendah Rusia Vyacheslav Volodin pada Januari memperingatkan bahwa pasokan senjata Barat ke Ukraina akan mengarah pada pembalasan dengan "senjata yang lebih kuat."
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, saat berkunjung ke London pada Rabu, mengulangi permintaannya untuk mendapatkan lebih banyak senjata serta jet tempur.
Pada pertemuan Dewan Eropa pada 9-10 Februari, Scholz mengindikasikan bahwa sanksi terhadap Rusia akan kian diperketat. "Uni Eropa akan mendukung Ukraina selama diperlukan," katanya.
Pernyataan tersebut disampaikan Scholz dalam pidatonya di majelis rendah parlemen Jerman (Bundestag) pada Rabu (8/2) menjelang pertemuan khusus Dewan Eropa untuk membahas konflik kedua negara tersebut.
Scholz memperingatkan soal "persaingan publik untuk saling mengalahkan satu sama lain dengan cara yang sama seperti tank tempur, kapal selam, pesawat terbang ... hal-hal ini akan merusak persatuan Barat".
"Kami menjaga dan memperkuat kohesi ini dengan menyiapkan sejumlah keputusan secara rahasia terlebih dahulu sebelum mengomunikasikannya," kata Scholz, mengacu pada keputusan baru-baru ini yang diambil oleh Jerman dan Amerika Serikat (AS) terkait pengiriman tank tempur ke Ukraina.
Karena meningkatnya tekanan mitra-mitra di NATO terhadap Jerman untuk memasok artileri berat ke Ukraina, Pemerintah Jerman pada akhir Januari memutuskan untuk mengirimkan 14 tank Leopard 2, serta mengizinkan para mitra untuk mengekspor kembali dari stok Leopard mereka.
Selain itu, ekspor hingga 178 tank Leopard 1 kemudian turut disetujui.
AS tak lama kemudian mengikuti langkah itu, dengan Presiden Joe Biden mengumumkan pengiriman tank tempur Abrams ke Ukraina.
Namun, para ahli mengatakan akan dibutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum tank Jerman dan AS tersebut dikirimkan.
Inggris merupakan pendukung terbesar kedua bagi Ukraina setelah AS.
Pada 2022, Inggris telah memberikan bantuan militer senilai total hampir 2,8 miliar dolar AS, dan Pemerintah Inggris telah berjanji akan "mempertahankan tingkat pendanaan yang sama pada 2023".
Ketua majelis rendah Rusia Vyacheslav Volodin pada Januari memperingatkan bahwa pasokan senjata Barat ke Ukraina akan mengarah pada pembalasan dengan "senjata yang lebih kuat."
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, saat berkunjung ke London pada Rabu, mengulangi permintaannya untuk mendapatkan lebih banyak senjata serta jet tempur.
Pada pertemuan Dewan Eropa pada 9-10 Februari, Scholz mengindikasikan bahwa sanksi terhadap Rusia akan kian diperketat. "Uni Eropa akan mendukung Ukraina selama diperlukan," katanya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023
Tags: