Yogyakarta (ANTARA News) - Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Marijan (83), yang sejak Selasa (16/5) pagi dikabarkan naik ke Gunung Merapi, hingga Rabu dini hari belum kembali ke rumahnya di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). "Tidak ada yang bisa memastikan kapan Mbah Marijan akan pulang," kata pimpinan Songgo Buwono, Lia Hermin, sebelum melakukan ritual di sekitar rumah Mbah Marijan, Rabu dini hari. Sedianya, kata dia, rombongannya akan ikut naik mendaki gunung setinggi 2.965 meter dpl itu, tetapi ketika mereka sampai di rumah Mbah Marijan, ternyata abdi dalem bergelar Raden Ngabehi tersebut sudah naik lebih dahulu. Pagi itu Mbah Marijan berangkat bersama beberapa warga setempat untuk memohon keselamatan bagi warga di sekitar Merapi dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dari aktivitas Merapi yang pada status `awas` sekarang ini terus menerus mengeluarkan lava pijar dan awan panas. Menurut informasi, Mbah Marijan dan para warga masyarakat setempat mendaki ke Merapi hingga Pos II yang hanya berjarak kurang dari satu kilometer dari puncak. "Tetapi sekarang para warga sudah pulang, karena Mbah Marijan minta untuk ditinggalkan sendiri di gunung yang sudah puluhan tahun `dijaganya` itu," ujar dia. Menurut Lia, apa yang dilakukan Mbah Marijan tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan beda pendapat antara Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang meminta Mbah Marijan untuk segera turun mengungsi, sementara Mbah Marijan belum juga mau mengungsi. "Mbah Marijan tidak berniat untuk mempertajam pertentangan itu, tetapi ritual yang dilakukannya di Gunung Merapi karena ia mendapat panggilan untuk melakukan hal itu demi keselamatan seluruh warga di sekitar gunung ini, katanya. Pada Rabu dini hari ini aktivitas Merapi masih terlihat dengan guguran serta luncuran lava pijarnya, serta awan panas yang jarak luncurnya diperkirakan mencapai 3,5 kilometer dari puncak ke arah lereng. (*)