Peneliti UI: Pengelolaan fertilitas cegah penurunan angka kelahiran
7 Februari 2023 19:39 WIB
Peneliti Senior Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) Prof. Dra. Omas Bulan Samosir, Ph.D. (ANTARA/HO: Humas UI)
Depok (ANTARA) - Peneliti Senior Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) Prof. Dra. Omas Bulan Samosir, Ph.D., mengatakan pengelolaan fertilitas mencegah ancaman penurunan angka kelahiran di Indonesia.
"Ada 14 provinsi yang mengalami kemandekan penurunan fertilitas pada periode 2000–2010," kata Prof. Omas Bulan Samosir di Kampus UI Depok, Selasa.
Keempat belas provinsi tersebut, yaitu Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara.
"DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Jawa Timur sudah memiliki tingkat kelahiran di bawah tingkat penggantian penduduk 2,1 persen anak per perempuan, masing-masing 1,81 persen, 1,94 persen, dan 2 persen anak per perempuan. Hal inilah yang perlu dijaga karena apabila dibiarkan, pada 2065 hingga 2070 Indonesia akan mengalami penurunan angka kelahiran seperti yang dialami Tiongkok dan Singapura,” ujar Prof. Omas yang juga Guru Besar FEB UI.
Prof. Omas menilai perlunya perencanaan pembangunan di bidang Keluarga Berencana (KB) yang sesuai dengan kondisi wilayah, khususnya terkait faktor-faktor yang memengaruhi fertilitas, karena tren fertilitas di setiap provinsi beragam.
Ia menyebut beberapa faktor yang memengaruhi penurunan fertilitas di Indonesia, antara lain pola perkawinan, efektivitas kontrasepsi dan aborsi, serta ketidaksuburan pada masa menyusui. Pemahaman tentang faktor-faktor ini penting untuk program intervensi pengelolaan fertilitas, baik pada tingkat nasional maupun sub-nasional.
Indonesia mengalami penurunan fertilitas secara konsisten selama periode 1971–2000. Tingkat kelahiran turun dari 5,6 persen anak per perempuan menurut hasil sensus penduduk 1971 menjadi 2,34 persen menurut sensus penduduk tahun 2000. Penurunan tingkat kelahiran di Indonesia kemudian mengalami kemandekan (fertility stalling).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI), kemandekan penurunan fertilitas berada pada tingkat yang lebih tinggi. Total Fertility Rate (TFR) stagnan pada angka 2,6 persen anak per perempuan menurut hasil SDKI tahun 2002/2003, 2007, dan 2012.
"Ada 14 provinsi yang mengalami kemandekan penurunan fertilitas pada periode 2000–2010," kata Prof. Omas Bulan Samosir di Kampus UI Depok, Selasa.
Keempat belas provinsi tersebut, yaitu Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara.
"DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Jawa Timur sudah memiliki tingkat kelahiran di bawah tingkat penggantian penduduk 2,1 persen anak per perempuan, masing-masing 1,81 persen, 1,94 persen, dan 2 persen anak per perempuan. Hal inilah yang perlu dijaga karena apabila dibiarkan, pada 2065 hingga 2070 Indonesia akan mengalami penurunan angka kelahiran seperti yang dialami Tiongkok dan Singapura,” ujar Prof. Omas yang juga Guru Besar FEB UI.
Prof. Omas menilai perlunya perencanaan pembangunan di bidang Keluarga Berencana (KB) yang sesuai dengan kondisi wilayah, khususnya terkait faktor-faktor yang memengaruhi fertilitas, karena tren fertilitas di setiap provinsi beragam.
Ia menyebut beberapa faktor yang memengaruhi penurunan fertilitas di Indonesia, antara lain pola perkawinan, efektivitas kontrasepsi dan aborsi, serta ketidaksuburan pada masa menyusui. Pemahaman tentang faktor-faktor ini penting untuk program intervensi pengelolaan fertilitas, baik pada tingkat nasional maupun sub-nasional.
Indonesia mengalami penurunan fertilitas secara konsisten selama periode 1971–2000. Tingkat kelahiran turun dari 5,6 persen anak per perempuan menurut hasil sensus penduduk 1971 menjadi 2,34 persen menurut sensus penduduk tahun 2000. Penurunan tingkat kelahiran di Indonesia kemudian mengalami kemandekan (fertility stalling).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI), kemandekan penurunan fertilitas berada pada tingkat yang lebih tinggi. Total Fertility Rate (TFR) stagnan pada angka 2,6 persen anak per perempuan menurut hasil SDKI tahun 2002/2003, 2007, dan 2012.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Maswandi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: