Jakarta (ANTARA) – Tahun 2022, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berhasil mencapai produktivitas tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Kinerja positif tersebut, tak lepas dari keberhasilan PTPN Group dalam melakukan transformasi perseroan.


Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani, menyampaikan, dengan adanya transformasi menyeluruh yang dilakukan di sejumlah lini bisnis dan anak perusahaan, perseroan mampu menghasilkan kinerja yang membanggakan, khususnya pada komoditi utama PTPN Group.



Di lini bisnis sawit misalnya, kata Abdul Ghani, tahun 2022 rata-rata produktivitas Tandan Buah Segar meningkat 3,4% dari tahun sebelumnya. Begitu juga dengan produktivitas crude palm oil (CPO), yaitu mencapai lebih 5 ton per hektare atau meningkat 3,6% dari tahun sebelumnya, sementara produktivitas rata-rata CPO nasional tahun 2022 hanya 3,9 ton /Ha. “Bahkan, 150 ribu hektare dari 450 ribu hektare tanaman produktif, mencapai protas hingga di atas 5,6 ton CPO per hektare, lebih tinggi dari capaian produktivitas perusahaan best practices terbaik nasional,”
ujarnya di Jakarta, Senin (6/02/2023).



Seiring peningkatan produktivitas tersebut, laba konsolidasi Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) yang dibukukan sebesar Rp5,51 triliun di tahun 2022, atau naik sebesar 19% dari tahun sebelumnya, juga menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. “Tentu ini berkat kerja keras seluruh jajaran yang telah berkomitmen menjalankan transformasi untuk perbaikan kinerja,” ungkap Abdul Ghani.



Lebih lanjut Abdul Ghani menyampaikan, penjualan meningkat 5% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp56 triliun. Sementara itu, margin pendapatan sebelum pajak, bunga, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA, yang menjadi faktor mendasar kinerja keuangan perseroan, juga sangat baik dan sehat, yakni tercatat Rp13,56 triliun atau 5% di atas anggaran tahun 2022 (RKAP 2022).



Harga jual komoditi sawit juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, dimana rata-rata harga CPO 2022 sebesar Rp12.489/kg, sedangkan di 2021 sebesar Rp11.293/kg. “Selain harga jual yang baik, serta produktivitas yang meningkat, laba yang diperoleh di tahun 2022 juga dipengaruhi oleh cash cost (exclude biaya pemupukan) yang berhasil diturunkan hingga sebesar 4% dibandingkan tahun sebelumnya,” tambah Abdul Ghani.



Menurut Abdul Ghani, pencapaian kinerja positif tersebut menunjukan transformasibisnis yang dilakukan secara menyeluruh, melalui 3 Pilar Pertumbuhan Perusahaan: yaitu Optimalisasi Portofolio dan Operational Excellence, Commercial Excellence dan Ekspansi Hilir, serta Optimalisasi Aset dan Kemitraan Strategis; dan 2 Pendukung Dasar, yaitu: Pengembangan Kapabilitas dan Budaya serta Peningkatan Sistem dan Teknologi, berjalan dengan baik. “Artinya, upaya-upaya tersebut ke depan akan terus kita lakukan untuk lebih mengoptimalkan lagi kinerja perusahaan,” ujarnya.