Jayapura (ANTARA) - Rivaldi Celvin Hinoke merupakan peracik kopi ambaidiru di salah satu truk atau mobil kopi di Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua.

Sekilas penampilannya biasa saja seperti orang pada umumnya. Namun, siapa sangka anak muda berpenampilan bersih itu merupakan sosok berkebutuhan khusus, tunarungu.

Valdi, sapaannya, sangat senang bisa bekerja di truk kopi (coffee truck). Apalagi setiap hari bisa bertemu dengan banyak orang sehingga membuatnya menjadi semangat setiap sore hari menjelang.

Dia sudah bekerja kurang lebih 2 tahun di kedai mobil bernama Kopi Yoi. Valdi sama sekali tidak merasa minder dengan keadaannya, justru kekurangannya itu menjadi penyemangat untuk membuktikan bahwa para penyandang tunarungu bisa bekerja

Valdi mengatakan ingin membuktikan kepada teman-temannya bahwa manusia berkebutuhan khusus juga bisa bekerja dan bersosialisasi pada umumnya. Bagi dia, yang penting punya semangat untuk terus belajar.

“Saya senang bisa bertemu dengan banyak orang setiap harinya,” kata remaja kelahiran Serui itu.

Dia mengatakan tidak mengalami kesulitan saat berinteraksi dengan para pelanggan. Dengan menggunakan bahasa isyarat, pada umumnya komunikasi dia bisa dipahami oleh banyak orang.

Seperti dengan senyum sebagai tanda selamat datang, kemudian ketika pelanggan telah memilih pesanan, Valdi menggunakan isyarat tangan dengan menaikkan jempol menandakan pesanan telah dicatat.

Valdi, sebagai anak kedua, memiliki cita-cita sebagai ahli teknologi dan informasi, namun karena keterbatasan biaya, dia harus bekerja. Untuk memperdalam TI, butuh dukungan dana cukup besar.

Jika uang dari hasil kerjanya telah terkumpul, dia ingin kuliah dengan mengambil jurusan Pendidikan Luar Biasa, agar kelak menjadi guru di sekolah luar biasa atau SLB.

Di Serui, ujar dia, sangat kekurangan guru SLB sehingga ia berminat menjadi guru. Ia ingin menjadi penyemangat anak-anak berkebutuhan khusus di Kepulauan Yapen. Bagi dia, keterbatasan bukan penghalang mewujudkan cita-cita.

Awal ia bekerja di kedai mobil kopi tersebut setelah adanya kunjungan yang dilakukan oleh pemilik kedai, yang memberikan motivasi dan semangat bagi anak-anak di SLB. Dari motivasi itulah membuat dirinya tertarik bekerja di dunia perkopian.

“Selain bekerja dan menghasilkan uang, saya juga ingin mengenal lebih dalam tentang dunia kopi, apalagi Kepulauan Yapen memiliki kopi jenis robusta terbaik,” ujar anak dari pasangan Alexander Hinoke dan Selina itu.

Valdi dalam kesehariannya, termasuk ketika bekerja dan berhubungan dengan banyak orang, punya rasa percaya diri. Sama sekali tidak rasa rendah diri karena telah terbiasa dengan keterbatasan sehingga tidak sulit untuk beradaptasi.

Valdi menjelaskan kopi ambaidiru ditanam oleh petani Kampung Ambaidiru di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Kampung tersebut merupakan satu-satunya penghasil kopi jenis robusta dari Papua.

“Ilmu tentang kopi ini saya dapatkan dari pemilik kedai mobil Kopi Yoi. Makin banyak pengetahuan tentang kopi, malah kian penasaran dengan jenis kopi yang ada di Papua,” katanya lagi.

Valdi sendiri kini sudah bisa membuat kopi hitam, kopi susu, V60, cappuccino, kopi late, dan berbagai minuman selain kopi seperti lemon tea, matcha, red velvet, cokelat, lemon breezze, dan teh leci. Seduhan dan racikan kopi buatannya sering mendapatkan pujian pelanggan.

Kendati demikian, ia tidak berhenti belajar untuk mengenal teknik meracik hingga menyuguhkan kopi siap sesap.

“Saya masih terus belajar baik itu cara meracik kopi atau saat membuat late art,” ujarnya lelaki 21 tahun itu.


Semangat tinggi

Pemilik Mobil Kopi Agies Pranoto memilih Valdi sebagai pegawai karena dia punya semangat belajar hal-hal baru serta rasa ingin tahunya juga besar kemudian. Dia orang yang rajin.

“Awalnya merasa takut, namun setelah belajar, dia mau berkembang dan mengikuti setiap arahan yang diberikan sehingga kini Valdi bisa meracik beberapa kopi ambaidiru,” katanya.

Menurut Agies, awalnya memang ada komplain atas kehadiran Valdi, namun kemudian lebih banyak yang salut dengan keberaniannya yang mau beradaptasi. Dia juga bukan sosok pemalu karena sikapnya selalu ramah dan tersenyum kepada semua pelanggan.

“Dia mulai bekerja sebagai pelayan di tempat kami, kemudian seiring berjalan waktu, Valdi mau belajar hingga akhirnya menjadi peracik kopi,” ujarnya.

Kesulitan dalam memperkerjakan orang-orang berkebutuhan khusus pasti ada, namun Agies juga ikut belajar menggunakan belajar bahasa isyarat, terkadang juga melalui kertas atau handphone. Dan, sejauh ini bekerja dengannya aman-aman saja, tidak ada kendala yang berarti, apalagi semua pekerjaan dia mau lakukan.

“Saya berharap semakin banyak pelaku usaha yang memberikan peluang kepada orang-orang berkebutuhan khusus seperti Valdi. Mereka memiliki kesempatan yang sama dengan manusia pada umumnya,” katanya lagi.

Karena semua orang mempunyai hak yang sama untuk bekerja, tinggal bagaimana tetap bersabar mengajari setiap hal-hal yang perlu diajarkan kepada mereka.


Potensi kopi ambaidiru

Sekretaris Daerah Kepulauan Yapen Erny R. Tania memberikan apresiasi kepada para pelaku usaha yang mau mempekerjakan orang-orang berkebutuhan khusus, apalagi bila menjadi peracik kopi ambaidiru yang memiliki potensi besar jika dikembangkan.

Pemerintah selalu mendukung anak- anak Serui terus mempekenalkan kopi tersebut. Oleh karena itu, ke depan pihaknya akan terus menggenjot produksi kopi agar penjualan kopi bisa semakin meningkat sehingga para pelaku usaha kopi akan semakin banyak di Kepulauan Yapen.

Kampung Ambaidiru terletak di pesisir Papua, berbeda kebanyakan penghasil kopi lain yang berada di daerah pegunungan tengah Papua.

“Kami harap dengan begitu kopi ambaidiru bisa terkenal hingga ke mancanegara, agar pendapatan petani kopi dan pelaku usaha terus meningkat,” katanya.

Sukses Valdi menjadi peracik kopi yang andal menjadi bukti bahwa semangat dan kemauan keras untuk belajar, mampu mengubah nasib seseorang.










​​​​​​​