Laporan dari Kuala Lumpur
Malaysia berharap HPN dan HAWANA lebarkan jaringan wartawan ASEAN
6 Februari 2023 19:38 WIB
Menteri Komunikasi dan Digital Malaysia Fahmi Fadzil menjawab pertanyaan wartawan Indonesia dalam wawancara menyambut Hari Pers Nasional 2023 secara daring diikuti dari George Town, Penang, Malaysia, Senin (6/2/2023). (ANTARA/Virna P Setyorini)
Kuala Lumpur (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Digital Malaysia Fahmi Fadzil mengharapkan Hari Pers Nasional dan Hari Wartawan Nasional melebarkan jaringan wartawan regional ASEAN guna menuju satu komunitas ekonomi ASEAN.
"Saya harap dengan Hari Pers Nasional dan Hawana (Hari Wartawan Nasional) bulan Mei nanti, kita kukuhkan persahabatan, rapatkan hubungan, dan lihat ke mana kita bisa bawa ASEAN itu sendiri,” kata Fahmi dalam wawancara menyambut Hari Pers Nasional 2023 bersama jurnalis Indonesia yang diikuti secara daring dari Kuala George Town, Penang, Malaysia, Senin.
Dia berharap hubungan erat itu tidak berhenti sebatas undangan menghadiri HPN dam HAWANA, tetapi juga dengan lebih melebarkan jaringan hubungan wartawan ASEAN.
Dia melihat ada potensi besar dalam ruang ekonomi digital.
Malaysia sendiri menyasar 24,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2023 berasal dari ekonomi digital dan diperkirakan menjelang 2025 persentase itu naik menjadi 25 persen.
Bila tren diteliti dengan jelas maka potensi ASEAN dengan penduduk mencapai 660 juta jiwa dan PDB mencapai triliun dolar AS, maka potensi ekonomi digital menjadi sangat besar, kata Fahmi.
Baca juga: Presiden terbitkan Perpres "Media Sustainability" jelang Hari Pers
Namun pada saat yang sama masalah keamanan data dan kejahatan lintas batas menjadi hal pelik yang harus dihadapi pada era ekonomi digital.
Dia mencontohkan aktivitas scammer atau penipuan di Malaysia yang sudah mencapai angka RM500 juta atau sekitar Rp1,9 triliun.
Kenyataannya perubahan teknologi digital terjadi sangat mendadak dan berimbas kepada media massa yang sayangnya sebagian masyarakat juga yang salah paham antara konten media sosial dengan jurnalisme berkualitas, ujar dia.
Oleh karena itu Fahmi menekankan bahwa interaksi antara wartawan Indonesia dan Malaysia adalah sangat penting sehingga bisa saling belajar bagaimana media dua negara menghadapi tantangan kehadiran media sosial raksasa seperti TikTok, Google, dam Meta yang semuanya mempengaruhi perekonomian.
Fahmi mengatakan realitas ekonomi digital tidak lagi melihat batas sempadan, tapi juga proses transformasi.
"Jika dulu ada crypto bubble, sekarang ‘AI bubble’. Jadi persoalan moral ini wartawan, jurnalis, pemikir punya ‘moral duty’ juga untuk memikirkan ya,” tutup Fahmi.
Baca juga: Dewan Pers berterima kasih atas kesediaan Jokowi hadiri puncak HPN
"Saya harap dengan Hari Pers Nasional dan Hawana (Hari Wartawan Nasional) bulan Mei nanti, kita kukuhkan persahabatan, rapatkan hubungan, dan lihat ke mana kita bisa bawa ASEAN itu sendiri,” kata Fahmi dalam wawancara menyambut Hari Pers Nasional 2023 bersama jurnalis Indonesia yang diikuti secara daring dari Kuala George Town, Penang, Malaysia, Senin.
Dia berharap hubungan erat itu tidak berhenti sebatas undangan menghadiri HPN dam HAWANA, tetapi juga dengan lebih melebarkan jaringan hubungan wartawan ASEAN.
Dia melihat ada potensi besar dalam ruang ekonomi digital.
Malaysia sendiri menyasar 24,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2023 berasal dari ekonomi digital dan diperkirakan menjelang 2025 persentase itu naik menjadi 25 persen.
Bila tren diteliti dengan jelas maka potensi ASEAN dengan penduduk mencapai 660 juta jiwa dan PDB mencapai triliun dolar AS, maka potensi ekonomi digital menjadi sangat besar, kata Fahmi.
Baca juga: Presiden terbitkan Perpres "Media Sustainability" jelang Hari Pers
Namun pada saat yang sama masalah keamanan data dan kejahatan lintas batas menjadi hal pelik yang harus dihadapi pada era ekonomi digital.
Dia mencontohkan aktivitas scammer atau penipuan di Malaysia yang sudah mencapai angka RM500 juta atau sekitar Rp1,9 triliun.
Kenyataannya perubahan teknologi digital terjadi sangat mendadak dan berimbas kepada media massa yang sayangnya sebagian masyarakat juga yang salah paham antara konten media sosial dengan jurnalisme berkualitas, ujar dia.
Oleh karena itu Fahmi menekankan bahwa interaksi antara wartawan Indonesia dan Malaysia adalah sangat penting sehingga bisa saling belajar bagaimana media dua negara menghadapi tantangan kehadiran media sosial raksasa seperti TikTok, Google, dam Meta yang semuanya mempengaruhi perekonomian.
Fahmi mengatakan realitas ekonomi digital tidak lagi melihat batas sempadan, tapi juga proses transformasi.
"Jika dulu ada crypto bubble, sekarang ‘AI bubble’. Jadi persoalan moral ini wartawan, jurnalis, pemikir punya ‘moral duty’ juga untuk memikirkan ya,” tutup Fahmi.
Baca juga: Dewan Pers berterima kasih atas kesediaan Jokowi hadiri puncak HPN
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023
Tags: