Beijing (ANTARA) - Merek-merek lawas di China berupaya memadukan warisan budaya dan inovasi agar tetap adaptif dan mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat diterima generasi muda.

Merek-merek tersebut menjadi perwujudan budaya tradisional China, dan mayoritas dari merek-merek itu memiliki sedikitnya satu warisan budaya takbenda.

Cara mempertahankan gaya klasik mereka sembari menarik minat pelanggan generasi baru menjadi masalah yang dihadapi oleh banyak merek tersebut.

Neiliansheng, produsen sepatu kain tradisional China, dulu menjadi simbol bangsawan kerajaan dan hartawan kuno, dengan sol "seribu lapis" dan kain bagian atas yang dijahit tangan.

Kini, Neiliansheng memperbarui diri dengan memasukkan elemen-elemen baru untuk menarik perhatian pelanggan Gen Z.

Beijing Daoxiangcun, merek roti tradisional China, juga menuai popularitas di Internet seraya tetap mempertahankan warisannya.

Kementerian Perdagangan China mengatakan meski terdampak COVID-19, 70 persen lebih dari merek-merek tersebut masih membukukan keuntungan, dan sekitar 35 persen di antaranya mencatatkan pendapatan penjualan melampaui 100 juta yuan (1 yuan = Rp2.208) pada 2022.