Jakarta (ANTARA) - Kementerian Ketenagakerjaan menyampaikan bahwa pelatihan berbasis kompetensi merupakan peluang bagi masyarakat untuk memperbaiki kehidupan di masa depan.

"Jangan cepat puas dengan kompetensi yang didapatkan dari program pelatihan. Rawat dan kembangkan terus kompetensi yang dimiliki. Ini adalah jendela peluang untuk memperbaiki kehidupan sosial dan ekonomi dan masa depan anda," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Saat membuka Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Angkatan I Tahun 2023 di Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Bekasi, Jawa Barat, ia meminta peserta PBK memanfaatkan kesempatan pelatihan ini sebaik-baiknya dan berusaha semaksimal mungkin saat uji kompetensi.

Ia mengungkapkan setiap tahun Indonesia menghasilkan angkatan kerja dari lulusan SMA/SMK atau lembaga pendidikan tinggi, program diploma, politeknik maupun universitas yang jumlahnya mencapai tiga juta orang per tahun. Padahal, kapasitas atau kemampuan untuk menampung angkatan kerja dengan pasar kerja belum seimbang.

"Kalau pun berimbang, pasti ada persoalan terutama kesesuaian kompetensi, keterampilan antara calon pekerja dengan tuntutan pekerjaan," tuturnya.

Baca juga: Menaker: Indonesia dukung program kerja layak di Palestina

Dalam kesempatan itu, Sekjen Anwar Sanusi juga menyampaikan bahwa dalam menghadapi bonus demografi mendatang, perlunya memberikan keahlian dan keterampilan kepada tenaga kerja usia produktif yang memiliki energi besar agar mampu menghadapi tantangan dan kompetisi di pasar kerja.

"Kalau tak dibekali keahlian dan keterampilan yang cukup untuk berkompetisi, maka anda kehilangan kesempatan untuk memenangkan pertarungan di pasar kerja," katanya.

Ia menambahkan persaingan tenaga kerja Indonesia saat ini bukan hanya menghadapi tenaga kerja Indonesia, melainkan juga dengan tenaga kerja di luar Indonesia.

Oleh karena itu, katanya, untuk memenangi persaingan tersebut perlu membekali keahlian dan keterampilan yang cukup kepada tenaga kerja usia produktif agar mampu memenangkan persaingan global di pasar kerja.

"Kita tak mungkin menutup pintu Indonesia untuk tak menerima tenaga kerja orang-orang di luar Indonesia karena di saat bersamaan, kita pun membanjiri pasar-pasar tenaga kerja di luar negeri. Hanya orang mampu dengan bekal cukup kompetisi dan memiliki keterampilan khusus, yang akan memenangkan persaingan tersebut," katanya.
​​​​​