Jakarta (ANTARA) - Program bedah rumah bertajuk "Dandan Omah Dadi Apik, Rek" yang digagas Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berhasil mengantarkannya sebagai penerima Anugerah Kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dalam rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2023.

"Bagi masyarakat yang ingin rumahnya didandani, dapat mengajukan permintaan lewat aplikasi Sayang Warga, e-Hausing, atau e-Rutilahu," kata Eri Cahyadi melalui keterangan tertulis PWI Pusat yang diterima di Jakarta, Senin.

Untuk diketahui, Eri Cahyadi merupakan satu dari 10 wali kota dan bupati di Tanah Air penerima Anugerah Kebudayaan PWI, yang dijadwalkan menerima trofi Abyakta (maju, berkembang) pada puncak HPN 2023 di Kota Medan.

Eri mengatakan seiring perkembangan zaman, membangun Surabaya secara umum, termasuk di dalamnya "dandan omah", mengandalkan teknologi informasi berbasis kearifan lokal. Bagi masyarakat yang tidak paham atau kurang melek teknologi, peran kearifan lokal yakni tolong menolong akan muncul dengan sendirinya.

Dia menjelaskan data tahun 2022 terdapat 1.465 unit rumah yang mendapat program mendandani rumah itu, dengan yang diperlukan untuk setiap rumah sekitar Rp30 juta.

Baca juga: Wali Kota Eri: Kabar penculikan anak di Surabaya hoaks

Dari 1.465 unit rumah yang diperbaiki, 950 unit di antaranya menggunakan dana APBD Kota Surabaya, 380 unit rumah menggunakan dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), 98 unit dari Baznas, 30 unit dari dana tanggung jawab perusahaan (CSR), serta tujuh unit dari dana gereja.

"Semuanya kami perbaiki rumah-rumah itu dengan cara gotong royong, mulai dari pengadaan material, tukang, sampai pengadaan dana," kata wali kota peraih Innovative Government Award (IGA) 2021 tersebut.

Di hadapan tim juri, Eri berkali-kali menyinggung gotong royong, yakni budaya orang Indonesia yang dia kembangkan sebagai kata kerja dalam berbagai program pembangunan Surabaya secara majemuk.

Untuk mengikat nilai-nilai gotong royong, terutama saat berkomunikasi dengan warganya, eks kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Surabaya itu menggunakan Bahasa Indonesia yang diselingi dengan Bahasa Jawa dengan gaya bahasa Suroboyoan.

Baca juga: Rumah Bhinneka wujud menjunjung tinggi keberagaman di Surabaya

Tidak melupakan sisi religius, Eri juga mengajak para penerima manfaat untuk berdoa dan syukuran bagi warga Jawa beragama Islam. Saat penyerahan kunci, dia selalu berpesan agar rumah yang telah diperbaiki supaya tidak dijual.

"Masyarakat yang menerima program Dandan Omah mendapat kualitas hunian bagus, kesehatan meningkat, dan taraf ekonomi naik karena rumah itu bisa menjadi tempat layak untuk usaha," katanya.

Secara keseluruhan, masyarakat juga mendapatkan manfaat dari program tersebut. Program itu melestarikan gotong royong, meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat, serta meningkatkan kesadaran pada kualitas hunian dan lingkungan.

"Pemerintah Kota Surabaya juga ikut mendapatkan manfaatnya dari program Dandan Omah. Program itu mengurangi kawasan kumuh," ujar Eri.

Baca juga: Unicef Indonesia dukung Surabaya jadi Kota Layak Anak tingkat dunia