Depok (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof dr Dante Saksono Harbuwono mengatakan terkait inovasi teknologi digital, pemerintah berupaya mengintegrasikan data untuk mendekatkan layanan kesehatan dengan melakukan transformasi aplikasi Pedulilindungi menjadi aplikasi SatuSehat.

"PeduliLindungi akan bertransformasi menjadi aplikasi SatuSehat yang akan menyatukan data dari berbagai stakeholder, menjadi Citizen Health App, dan menjadi one-stop-service untuk catatan kesehatan setiap orang," kata Prof dr Dante Saksono Harbuwono dalam keterangannya, di Depok, Jumat.

Prof dr Dante Saksono Harbuwono mengatakan hal tersebut dalam orasi ilmiahnya pada Upacara Peringatan Dies Natalis Ke-73 Universitas Indonesia (UI) yang membahas strategi resiliensi kesehatan.

Baca juga: Di Dies Natalis UI, Wamenkes paparkan strategi resiliensi kesehatan

Ia menjelaskan terkait inovasi teknologi digital, pemerintah berupaya mengintegrasikan data untuk mendekatkan layanan kesehatan. Aplikasi SatuSehat ini telah diujicobakan di 2.893 (77.04 persen) puskesmas dan 370 (31 persen) rumah sakit di Jawa-Bali, dan akan dikembangkan di seluruh Indonesia.

Melalui aplikasi ini, kata dia, masyarakat dapat berobat ke fasilitas kesehatan lain tanpa harus memasukkan data kembali karena data lama telah tersimpan. Dokter dapat langsung mengecek riwayat penggunaan obat, perawatan, dan sebagainya.

Interoperabilitas ini diharapkan dapat memberi perubahan yang signifikan untuk menghemat waktu dan juga paperless demi layanan yang lebih baik.

Baca juga: Menkes: Aplikasi PeduliLindungi akan jadi bank data kesehatan individu

Sementara itu untuk inovasi bioteknologi kedokteran presisi, lanjutnya, pemerintah akan menggabungkan data klinis, data empiris, dan data genomik, untuk meningkatkan akurasi penanganan penyakit. Pada awal perkembangannya, ilmu kedokteran menggunakan intuisi (intuitive medicine) sebagai metode pengobatan.

Kemudian seiring berkembangnya teknologi, kata dia, kedokteran menjadi berbasis pada bukti (evidence based medicine). Namun dengan evidence based medicine, tidak semua efek samping bisa diprediksi karena data yang dikumpulkan tidak homogen.

Oleh karena itu, menurut dia, diperlukan inovasi kedokteran presisi yang akan memberikan efek untuk diagnosis yang lebih pasti, lebih dini, dan pengobatan yang lebih baik.

Baca juga: Wamenkes: Sesuaikan audit kasus stunting dengan tupoksi tiap pihak
Baca juga: Kemenkes minta masyarakat tak hapus PeduliLindungi meski PPKM dicabut