Yogyakarta (ANTARA) - Investor menanti harap-harap cemas ketika Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), akan mengumumkan kenaikan suku bunga acuannya. Sebab, keputusan The Fed ini bisa berpengaruh besar pada perekonomian global.

The Fed dalam Rapat Komite Pasar Terbuka (FOMC) pada 1 Februari 2023 atau Kamis (2/2/2023) dini hari waktu Indonesia, akhirnya mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Dengan demikian, suku bunga utamanya berada pada rentang 4,5 persen hingga 4,75 persen.

Beberapa jam kemudian, Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) Bursa Efek Indonesia ( BEI ) dibuka hijau yakni menguat 14,04 poin atau 0,20 persen ke posisi 6.876,3. Hingga akhir perdagangan sesi I pada Kamis (2/2/2023) pukul 11.30 WIB, IHSG naik 0,33 persen atau 22,81 poin ke 6.885,07.

Kondisi ini menunjukkan IHSG lebih cukup tenang dalam merespons keputusan The Fed. Ketenangan ini didasari fakta bahwa kenaikan suku bunga oleh Fed tidak melenceng dari prediksi sebelumnya.

Dilansir dari beberapa sumber, The Fed menaikkan suku bunga acuan ke kisaran 4,5 - 4,75 persen atau 25 basis poin, yang berarti The Fed memperlambat laju kenaikan, karena sebelumnya The Fed menaikkan 50 basis poin pada Desember dan 75 basis poin pada empat pertemuan sebelumnya.

Besaran 25 basis poin itu sudah diprediksikan oleh banyak pihak. Persoalannya akan lain jika, misalnya The Fed menaikkan 50 basis poin. Bisa jadi ada kepanikan sesaat. Pada Desember lalu, yaitu Rabu (14/12/2022), The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar 50 basis poin, menetapkan kisaran target untuk suku bunga dana federal menjadi 4,25 persen hingga 4,5 persen, level tertinggi dalam 15 tahun terakhir.

Saat itu, pada konferensi pers setelah pengumuman tersebut, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral masih memiliki "beberapa cara untuk pergi," dan proyeksi ekonomi terbaru Fed menunjukkan bahwa pembuat kebijakan memperkirakan suku bunga acuan naik ke tingkat rata-rata 5,1 persen pada 2023, di atas perkiraan 4,6 persen pada September.

Pada Kamis,15 Desember 2022, IHSG bergerak di zona merah pada awal perdagangan. Pada penutupan, IHSG mengalami penurunan sebesar 49,889 poin atau 0,73 persen. IHSG berada di posisi tertinggi di 6.801,838 dan berada di titik terendah pada 6.740,955. Pada penutupan IHSG melemah menjadi 6.751,860.

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, IHSG saat ini relatif tenang karena kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin. Selain itu, reaksi di bursa asing juga relatif tenang. Wall Street misalnya, menguat pada perdagangan Rabu (1/2/2023). S&P 500 dan Nasdaq ditutup naik tajam pada saat yang sama.

Ternyata, kenaikan itu bukan hanya karena 25 basis poin, tetapi diperkuat pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. Dalam konferensi pers, Powell mengakui bahwa inflasi mulai mereda, menyusul kenaikan suku bunga seperempat poin oleh bank sentral AS.

Kenyataannya indeks utama Wall Street sempat terguncang setelah The Fed mengumumkan keputusan kenaikan suku bunga. Tetapi indeks memantul dari posisi terendahnya dan segera menguat begitu Powell memulai konferensi pers dengan S&P berakhir naik 1 persen dan Nasdaq bertambah 2 persen.

Dow Jones Industrial Average naik 6,92 poin atau ,02 persen menjadi 34.092,96. Indeks S&P500 naik 42,61 poin atau 1,05 persen menjadi 4.119,21.Nasdaq Composite bertambah 231,77 poin atau 2 persen menjadi 11.816,32. Kabar baik dari Wall Street ini membuat IHSG menghijau.

Warna hijau menenangkan

Bagi investor pasar modal di Indonesia, apalagi yang kelas ritel, warna hijau itu menenangkan. Tapi jika sudah merah, investor berubah menjadi galau. Maka dari itu, sinyal IHSG menghijau senantiasa ditunggu. Contohnya, pada perdagangan Rabu (1/2/2023) IHSG ditutup menguat 0,34 persen ke level 6.862,25.

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dari posisi terendah di 6.850 sampai tertinggi di 6.893. Angka-angka yang menenangkan, terutama jika dikaitkan dengan IHSG sepanjang 2022.

Menilik data akhir 2022, IHSG resmi menutup tahun 2022 dengan melemah tipis 0,14 persen ke 6.850,62 pada Jumat (30/12/2022). Artinya sepanjang 2022, IHSG hanya naik 4,09 persen. Nilai ini lebih rendah dari kinerja IHSG pada 2021 yang berhasil menguat 10,08 persen.

Sejatinya bursa saham Indonesia sempat perkasa pada tahun lalu. IHSG berhasil menyentuh dua rekor baru. Pada 13 September 2022, IHSG mencapai "all time high" di 7.318,01. Kapitalisasi pasar juga melonjak dan mencapai rekor tertingginya Rp9.600 triliun pada 27 Desember 2022. Jumlah investor pasar modal juga naik 37,5 persen mencapai 10,30 juta.

Namun, bagi investor sederhana saja, bukan sekadar rekor, tetapi bagaimana bisa menikmati lebih sering indeks hijau. Manajemen BEI menyatakan investor lebih tenang.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, mengemukakan bahwa di antara bursa ASEAN dan beberapa bursa global, Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan dari sistem kapitalisasi pasar, rata-rata nilai transaksi harian, serta pencatatan saham.

Di negara ASEAN maupun global, bursa saham Indonesia cenderung mengalami kontraksi pertumbuhan, seperti di Singapura, Korea Selatan, China, bahkan Jerman. Seluruh capaian positif ini diharapkan dapat bermanfaat, tidak hanya bagi pasar modal Indonesia, tapi juga membawa ketenangan bagi investor. Warna hijau merupakan sinyal yang diharapkan, karena menenangkan.