"Pelanggan tidak perlu resah karena memang semuanya tetap berjalan apa yang saat ini dilakukan," kata Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin di Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Buaran, Kalimalang, Jakarta Timur, Kamis.
Pengelolaan layanan perpipaan air di Jakarta yang saat ini dikelola penuh oleh PAM Jaya, kata dia, diharapkan tidak mengganggu layanan air bersih kepada masyarakat atau pelanggan mengingat tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan Palyja dan Aetra.
"Alhamdulillah 'transfer knowledge'-nya dibarengi juga dengan tanpa adanya pemberhentian hubungan kerja di kedua mitra. Kami rekrut sehingga secara otomatis 'transfer knowledge' dan orangnya sudah ada dan itu salah satu terobosan yang dilakukan enam bulan sebelumnya," ujarnya.
Bahkan, PAM Jaya memperkuat dengan layanan "hotline" yang bisa lebih cepat lagi untuk melayani pelanggan dengan baik.
Baca juga: Pj Gubernur DKI Jakarta tinjau pengoperasian secara penuh PAM Jaya
Setelah mengambilalih aset maupun pengelolaan jaringan perpipaan dari kedua mitra, PAM Jaya berupaya meningkatkan cakupan layanan air bersih di Jakarta dari 65 persen menjadi 100 persen pada 2030.
Hal itu sesuai dengan salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yakni penyediaan sanitasi dan air bersih.
Namun demikian, Arief menyampaikan bahwa untuk mewujudkan layanan air bersih sebesar 100 persen di Ibu kota bukanlah hal mudah.
Selama 25 tahun dikelola oleh swasta, layanan perpipaan hanya bertambah 400 ribu saluran rumah. alam waktu tersisa 6-7 tahun ini, PAM Jaya harus menambah sampai 1,1 juta saluran.
"Pekerjaan yang tidak mudah, tapi dengan tekad dan optimisme, kami yakin bisa selesaikan 100 persen pada 2030," kata Arief.