Washington (ANTARA) - Gedung Putih mengecam keras serangan teror di sebuah masjid di Peshawar, Pakistan, yang menewaskan 100 orang.

"Ini adalah kabar yang tragis dan memilukan, dan kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada orang-orang terkasih dari mereka yang kehilangan nyawa," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan, Selasa (31/1).

Dia menegaskan bahwa terorisme tidak bisa dibenarkan, dan semakin tidak masuk akal bahwa tindakan itu menargetkan para jamaah.

"Amerika Serikat siap memberikan dukungan kepada Pakistan dalam upayanya untuk memulihkan dan membangun kembali," kata Watson.

Pada Senin (30/1), seorang tersangka pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya saat shalat zuhur di sebuah masjid yang berada dalam kompleks Markas Besar Polisi di Peshawar.

Mohammad Asim, juru bicara Rumah Sakit Lady Reading, tempat para korban dirawat, membenarkan jumlah korban tewas sebanyak itu dan 53 orang yang terluka masih dirawat di RS tersebut.

Mengomentari klaim tanggung jawab dan penyangkalan oleh berbagai kelompok militan, Kepala Polisi Provinsi Khyber Pakhtunkhwa Moazzam Jah Ansari mengatakan polisi tidak percaya pada klaim yang dilebih-lebihkan sampai dibuktikan dengan investigasi.

Dia berpendapat bahwa Jamat-ul-Ahrar, sebuah faksi sempalan dari Taliban Pakistan, yang juga disebut Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), bisa terlibat dalam pengeboman tersebut.

Aksi bom bunuh diri itu adalah insiden paling mematikan di Pakistan dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan penyelidikan awal, sebanyak 10-12 kg bahan peledak digunakan dalam pengeboman itu, kata Ansari.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Kemlu: Tidak ada WNI di antara korban bom di Peshawar
Baca juga: Warga Pakistan cari kerabat di RS usai ledakan bom di masjid Peshawar
Baca juga: Indonesia kutuk serangan di Peshawar yang tewaskan puluhan orang