Mataram (ANTARA) - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menyatakan sebanyak 36 orang peneliti dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga di Indonesia melakukan riset di Gunung Rinjani Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 2022 untuk berbagai kepentingan di bidang ilmu pengetahuan.

Kepala Bidang Tata Usaha BTNGR Dwi Pangestu, yang dihubungi di Mataram, Selasa, mengatakan jumlah peneliti yang melakukan riset pada 2022 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 27 peneliti.

"Jumlah penelitian di Gunung Rinjani dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir total ada 75 penelitian, tapi terbanyak pada 2022 sebanyak 36 penelitian dan semuanya dari dalam negeri," katanya.

Menurut dia, Gunung Rinjani memiliki keunikan dari segi keanekaragaman hayati yang juga saya perlu masih banyak dieksplorasi. Hal itulah yang menyebabkan semakin banyak orang tertarik untuk melakukan penelitian.

Gunung Rinjani adalah gunung di Pulau Lombok yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl).

"Gunung Rinjani memiliki keunikan dari segi saintifik Lombok ini kan masuk garis erusasi dan yang membedakan dengan gunung di Pulau Jawa dan Kalimatan adalah keanekaragaman hayatinya, satwa dan floranya juga unik," katanya.

Ia mengatakan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

Jenjang pendidikan yang melakukan penelitian, kata dia, mulai dari mahasiswa jenjang mahasiswa diploma tiga (D3) hingga mahasiswa program doktoral (S3). Namun paling banyak peneliti dari kalangan S3.

Menurut dia, penelitian yang dapat dilakukan di Taman Nasional Gunung Rinjani tidak hanya berkaitan dengan bidang lingkungan hidup dan kehutanan saja.

"Dari hasil pemetaan kami, penelitian yang telah dilakukan dibagi menjadi beberapa kategori bidang penelitian, yaitu keanekaragaman hayati, sosial ekonomi dan budaya, jasa lingkungan dan mineral serta kebijakan," ujarnya.

Selain penelitian, kata dia, ada juga pelajar dan mahasiswa yang menjalankan program praktik kerja lapangan dan magang serta program kuliah kerja nyata (KKN) tematik di desa lingkar Gunung Rinjani setiap tahun.

Adanya aktivitas penelitian dan PKL, menurut dia, tentunya memberi dampak terhadap perekonomian masyarakat kaki Gunung Rinjani, termasuk juga mendapat manfaat sosial dari program pemberdayaan yang dijalankan para mahasiswa dan pelajar.

"Para mahasiswa dan pelajar serta peneliti yang datang tentu butuh tempat penginapan, transportasi bahan makanan dan jasa lainnya. Dampak sosial ekonomi bagi masyarakat pasti ada," demikian Dwi Pangestu.

Baca juga: KLHK menutup pendakian Gunung Rinjani Lombok mulai 1 Januari 2023

Baca juga: Pemprov memulai pembangunan kereta gantung menuju Gunung Rinjani NTB

Baca juga: BTNGR melatih Pokdarwis Lombok untuk menciptakan panjat tebing kelas dunia

Baca juga: Tim Penasehat Unesco berkunjung ke Desa Senaru untuk melakukan validasi ulang Geopark Rinjani