Mendag ungkap alasan penting kembangkan bisnis fesyen di AS
31 Januari 2023 20:01 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam media briefing "Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) Goes To New York Fashion Week (NYFW)" di Jakarta, Selasa (31/1/2023). ANTARA/HO-Kementerian Perdagangan.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyampaikan pentingnya mengembangkan bisnis pakaian di pasar Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, ada dua hal yang membuat pasar fesyen AS sangat potensial. Pertama, jumlah penduduk yang mencapai 331 juta jiwa. Kedua, negara tersebut menempati peringkat satu dunia sebagai importir produk fesyen.
"Amerika itu tujuan ekspor nomor satu, dagang kita paling besar di Amerika karena negaranya besar, banyak penduduknya," ujar Zulkifli dalam media briefing "JMFW Goes To NYFW" di Jakarta, Selasa.
Di sisi lain, Zulkifli menyoroti pentingnya sinergi dan kolaborasi berbagai pihak di Indonesia untuk mendukung dan memfasilitasi pelaku usaha dalam mengembangkan bisnis fesyen muslim ke pasar global.
Selain memberi dukungan melalui kegiatan promosi ke ajang internasional, pemerintah juga terus mendorong pembukaan akses pasarnya melalui berbagai perundingan perdagangan dengan negara-negara mitra. Hal ini dilakukan untuk memberikan akses pasar yang lebih luas serta kemudahan berbisnis bagi pelaku usaha nasional.
Lebih lanjut, Zulkifli mengatakan banyak manfaat yang dapat diambil jenama Indonesia setelah mengikuti ajang fesyen internasional. Antara lain memperkuat penjenamaan (branding) di pasar global, menjadi sarana berjejaring (networking) dengan pemangku kepentingan fesyen internasional termasuk para pembeli, serta memberikan pengetahuan mengenai tren di pasar fesyen global.
"Di sana nanti akan kenal dan bertemu lebih banyak orang. Setelah itu bisa memiliki jejaring, bertemu mitra dan teman bisnis, kemudian bisa mengembangkan usaha," katanya.
Berdasarkan data Laporan Global Islamic Economic tahun 2020/2021, daya beli produk fesyen muslim/modest fashion secara global diperkirakan akan meningkat sebesar 2,4 persen dalam lima tahun. Dari segi nilai, akan tercapai 311 miliar dolar AS pada 2024.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia memiliki kesempatan besar untuk dapat menjadi pencipta tren busana muslim.
"Kita punya masa depan yang cerah di dunia fesyen," ujar Zulkifli.
Pada tahun 2022, Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) berhasil membukukan transaksi sebesar 13,2 juta dolar AS atau sekitar Rp206,6 miliar dari pembelian atau komitmen bisnis dengan pembeli dari 16 negara antara lain Malaysia, Spanyol, Yaman, Portugal, dan Nigeria.
JMFW merupakan ajang fesyen tahunan yang digelar sebagai bagian dari kampanye Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam mewujudkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia.
Sebagai tindak lanjut dari keberhasilan penyelenggaraan JMFW tahun lalu, Kemendag pada 2023 akan mendukung jenama busana muslim nasional untuk tampil pada ajang fesyen internasional yakni New York Fashion Week (NYFW), Paris Fashion Week (PFW), dan London Fashion Week (LFW).
Baca juga: Kemenperin bidik industri fesyen muslim Indonesia jadi pemain global
Baca juga: Memanfaatkan potensi fesyen muslim melalui inovasi
Baca juga: Kowani: Pengusaha fesyen muda bantu Indonesia lewati krisis global
Menurutnya, ada dua hal yang membuat pasar fesyen AS sangat potensial. Pertama, jumlah penduduk yang mencapai 331 juta jiwa. Kedua, negara tersebut menempati peringkat satu dunia sebagai importir produk fesyen.
"Amerika itu tujuan ekspor nomor satu, dagang kita paling besar di Amerika karena negaranya besar, banyak penduduknya," ujar Zulkifli dalam media briefing "JMFW Goes To NYFW" di Jakarta, Selasa.
Di sisi lain, Zulkifli menyoroti pentingnya sinergi dan kolaborasi berbagai pihak di Indonesia untuk mendukung dan memfasilitasi pelaku usaha dalam mengembangkan bisnis fesyen muslim ke pasar global.
Selain memberi dukungan melalui kegiatan promosi ke ajang internasional, pemerintah juga terus mendorong pembukaan akses pasarnya melalui berbagai perundingan perdagangan dengan negara-negara mitra. Hal ini dilakukan untuk memberikan akses pasar yang lebih luas serta kemudahan berbisnis bagi pelaku usaha nasional.
Lebih lanjut, Zulkifli mengatakan banyak manfaat yang dapat diambil jenama Indonesia setelah mengikuti ajang fesyen internasional. Antara lain memperkuat penjenamaan (branding) di pasar global, menjadi sarana berjejaring (networking) dengan pemangku kepentingan fesyen internasional termasuk para pembeli, serta memberikan pengetahuan mengenai tren di pasar fesyen global.
"Di sana nanti akan kenal dan bertemu lebih banyak orang. Setelah itu bisa memiliki jejaring, bertemu mitra dan teman bisnis, kemudian bisa mengembangkan usaha," katanya.
Berdasarkan data Laporan Global Islamic Economic tahun 2020/2021, daya beli produk fesyen muslim/modest fashion secara global diperkirakan akan meningkat sebesar 2,4 persen dalam lima tahun. Dari segi nilai, akan tercapai 311 miliar dolar AS pada 2024.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia memiliki kesempatan besar untuk dapat menjadi pencipta tren busana muslim.
"Kita punya masa depan yang cerah di dunia fesyen," ujar Zulkifli.
Pada tahun 2022, Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) berhasil membukukan transaksi sebesar 13,2 juta dolar AS atau sekitar Rp206,6 miliar dari pembelian atau komitmen bisnis dengan pembeli dari 16 negara antara lain Malaysia, Spanyol, Yaman, Portugal, dan Nigeria.
JMFW merupakan ajang fesyen tahunan yang digelar sebagai bagian dari kampanye Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam mewujudkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia.
Sebagai tindak lanjut dari keberhasilan penyelenggaraan JMFW tahun lalu, Kemendag pada 2023 akan mendukung jenama busana muslim nasional untuk tampil pada ajang fesyen internasional yakni New York Fashion Week (NYFW), Paris Fashion Week (PFW), dan London Fashion Week (LFW).
Baca juga: Kemenperin bidik industri fesyen muslim Indonesia jadi pemain global
Baca juga: Memanfaatkan potensi fesyen muslim melalui inovasi
Baca juga: Kowani: Pengusaha fesyen muda bantu Indonesia lewati krisis global
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: