Jakarta (ANTARA) - Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo bersama sembilan bupati dan wali kota lainnya terpilih sebagai penerima Anugerah Kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tahun 2023 berkat program kerajinan batik yang diusung daerah tersebut.

"Batik Sinom Parijotho Salak menjadi program Kabupaten Sleman sebagai produk unggulan dan untuk branding Kabupaten Sleman," kata Kustini Sri Purnomo melalui keterangan tertulis PWI Pusat yang diterima di Jakarta, Rabu.

Sebelum terpilih sebagai penerima Anugerah Kebudayaan PWI, Kustini Sri Purnomo terlebih dulu mempresentasikan tentang batik Sinom Parijotho Salak di hadapan tim juri Anugerah Kebudayaan PWI 2023 beberapa waktu lalu.

Selain melakukan presentasi, Kustini juga memperlihatkan sejumlah batik Sinom Parijotho Salak untuk meyakinkan para dewan juri di Kantor PWI Pusat, Jakarta.

Kustini dinilai berhasil mengembangkan batik khas Sleman dengan memanfaatkan kearifan lokal, yaitu batik Sinom Parijotho Salak, tidak hanya di tingkat nasional tapi juga tataran internasional.

"Batik Sinom Parijotho Salak adalah inovasi batik Sleman berbasis kearifan lokal," sebut bupati.

Pada kesempatan itu, Kustini menjelaskan perjalanan panjang pencarian batik Sinom Parijotho Salak hingga akhirnya berhasil dikenal luas masyarakat.

Saat Kustini menjabat Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sleman, muncul keinginannya menciptakan batik khas Sleman.

Pada saat itu, dia mengadakan lomba desain batik Sleman, tepatnya pada tahun 2012. Lomba itu untuk menggali potensi desainer-desainer batik, termasuk motif batik yang bersumber pada kekayaan alam dan budaya Kabupaten Sleman.

Lomba tersebut berhasil menjaring 10 finalis yang kemudian dipilih dua desain motif sebagai pemenangnya. Kedua motif desain itu adalah Parijotho yang dibuat Susilo Radi Yuniarto dan desain motif Salak karya Isdianto.

"Motif desain Parijotho dan Salak dipilih karena tanaman parijotho dan salak memang banyak ditemukan di Kabupaten Sleman," jelasnya.

Kustini menjelaskan untuk pewarnaan digunakan warna alam. Pemerintah kabupaten setempat juga bekerja sama dengan Fakultas Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada untuk menemukan pewarna alam yang bermutu, yaitu indigofera dalam bentuk bubuk.

Mengenai makna filosofis batik, Kustini mamaparkan kedua motif tersebut menggambarkan harapan akan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Sleman yang diayomi pemimpin pemegang amanah rakyat.

Kedua motif tersebut kemudian didesain ulang dan digabungkan perajin-perajin Paguyuban Batik Khas Sleman menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yakni batik motif Sinom Parijotho Salak.

Pada tahun 2014, Pemerintah Kabupaten Sleman meluncurkan batik motif Sinom Parijotho Salak. Tidak hanya itu, pemerintah setempat juga mendaftarkan hak cipta motif batik Sinom Parijotho Salak di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tahun 2019.

Dari perjalanan panjang batik tersebut, kini telah membuahkan hasil. Pendapatan perajin batik Sinom Parijotho Salak meningkat cukup signifikan beberapa tahun terakhir.

Omzet tahun 2020 mencapai Rp5,02 miliar dan naik naik menjadi Rp7,81 miliar pada tahun 2021. Bahkan, pada tahun 2022, omzet batik tersebut mencapai Rp8,76 miliar.