Heru berjanji akan awasi langsung penanganan stunting di Jakarta
31 Januari 2023 13:35 WIB
Petugas mengukur tinggi badan balita di RPTRA Triputra Persada Hijau sebagai salah satu bentuk pendataan mencegah tengkes di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (31/1/2023). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Jakarta (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono berjanji akan mengawasi secara langsung penanganan kasus tengkes (stunting) di Jakarta sebagai upaya menekan angka balita penderita tengkes.
"Jajaran kelurahan, puskesmas tiap Selasa meneliti, menimbang berat badan, memberikan gizi, jika perlu intervensi dari Dinas Kesehatan. Kami turunkan tim dokter," kata Heru saat meninjau pelayanan kesehatan anak di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa.
Heru berencana keliling di sejumlah titik wilayah administrasi DKI Jakarta untuk memastikan penanganan tengkes.
Ia menerima semua data kasus tengkes asalkan berdasarkan nama dan alamat yang disinkronkan baik dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kementerian Kesehatan.
Tujuannya, lanjut dia, agar tim lebih cepat ke lapangan untuk melakukan penanganan.
"Silakan BKKBN, BPS, Kemenkes menentukan jumlah stunting berapa by name by address, kami akan turun. Saya tidak berpolemik masalah itu, saya terima semua data, yang penting kami atasi di lapangan," imbuhnya.
Pihaknya melakukan penanganan tengkes dengan mengintervensi daerah rawan tengkes di sejumlah Rukun Warga (RW) misalnya menyasar ibu hamil.
"Ibu hamil kami intervensi memberikan gizi dan memberi makanan tambahan untuk ibunya. Sehingga anaknya lahir itu mudah-mudahan tidak mengarah ke stunting," ucapnya.
Sejatinya, lanjut dia, Pemprov DKI memberikan sejumlah bantuan sosial di antaranya jaminan kesehatan, pendidikan, warga lanjut usia, hingga makanan tambahan seperti telur, daging, dan daging ayam.
"Sekali lagi Pemda DKI konsisten menangani kasus stunting termasuk kasus kemiskinan ekstrem, Semua itu selalu ada, tapi akan terus kami lakukan," ucapnya.
Sementara itu, kawasan Jakarta Utara berdasarkan data BPS menjadi wilayah yang banyak ditemukan kasus tengkes.
Di Kecamatan Cilincing misalnya, lanjut Heru, ditemukan sebanyak 777 kasus rawan tengkes.
Saat pelayanan kesehatan anak di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Triputra Persada Hijau di Semper Barat, Cilincing, sejumlah warga membawa serta balita untuk menjalani pemeriksaan berat dan tinggi badan.
Berdasarkan data di kelurahan setempat terdapat 50 balita rawan tengkes, sebanyak 21 di antaranya sudah keluar dari status tengkes.
"Anak-anaknya ceria, cuman kadang pendeknya agak kurang, tadi ada yang kurang dua cm, tiga cm, kurang satu cm dari standar WHO. Tadi teman-teman melihat mereka sehat, normal. Tidak yang seperti yang saya bayangkan kondisinya," imbuh Heru.
Saat ini, kata dia, setelah melalui intervensi pihaknya memastikan ada penurunan kasus tengkes sekitar 17 persen atau sebanyak 134 kasus sudah dikeluarkan dari status tengkes.
Begitu juga tempat lain, kata dia, juga mengalami penurunan kasus tengkes misalnya di Kecamatan Koja turun sebanyak 114 kasus, Penjaringan turun 115 kasus, Tanjung Priok turun 14 persen, dan Pademangan turun 10 persen serta Kelapa Gading 22 persen.
Sejumlah kelurahan di Jakarta Utara bahkan memiliki program tersendiri menurunkan tengkes seperti di Semper Barat yakni Sebar Cinta atau Semper Barat Cegah Stunting Balita.
Sebelumnya, BKKN menyebutkan DKI Jakarta setidaknya memiliki sekitar 790 ribu balita. Namun, angka prevalensinya diperkirakan menyentuh 14 persen atau sekitar 110 ribu balita menderita tengkes.
Baca juga: BKKBN minta pencegahan tengkes dilakukan sebelum menikah
Baca juga: Jakarta Utara cegah remaja putri anemia untuk kurangi tengkes
Baca juga: Heru telusuri penyebab DKI masih kantongi kasus tengkes
"Jajaran kelurahan, puskesmas tiap Selasa meneliti, menimbang berat badan, memberikan gizi, jika perlu intervensi dari Dinas Kesehatan. Kami turunkan tim dokter," kata Heru saat meninjau pelayanan kesehatan anak di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa.
Heru berencana keliling di sejumlah titik wilayah administrasi DKI Jakarta untuk memastikan penanganan tengkes.
Ia menerima semua data kasus tengkes asalkan berdasarkan nama dan alamat yang disinkronkan baik dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kementerian Kesehatan.
Tujuannya, lanjut dia, agar tim lebih cepat ke lapangan untuk melakukan penanganan.
"Silakan BKKBN, BPS, Kemenkes menentukan jumlah stunting berapa by name by address, kami akan turun. Saya tidak berpolemik masalah itu, saya terima semua data, yang penting kami atasi di lapangan," imbuhnya.
Pihaknya melakukan penanganan tengkes dengan mengintervensi daerah rawan tengkes di sejumlah Rukun Warga (RW) misalnya menyasar ibu hamil.
"Ibu hamil kami intervensi memberikan gizi dan memberi makanan tambahan untuk ibunya. Sehingga anaknya lahir itu mudah-mudahan tidak mengarah ke stunting," ucapnya.
Sejatinya, lanjut dia, Pemprov DKI memberikan sejumlah bantuan sosial di antaranya jaminan kesehatan, pendidikan, warga lanjut usia, hingga makanan tambahan seperti telur, daging, dan daging ayam.
"Sekali lagi Pemda DKI konsisten menangani kasus stunting termasuk kasus kemiskinan ekstrem, Semua itu selalu ada, tapi akan terus kami lakukan," ucapnya.
Sementara itu, kawasan Jakarta Utara berdasarkan data BPS menjadi wilayah yang banyak ditemukan kasus tengkes.
Di Kecamatan Cilincing misalnya, lanjut Heru, ditemukan sebanyak 777 kasus rawan tengkes.
Saat pelayanan kesehatan anak di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Triputra Persada Hijau di Semper Barat, Cilincing, sejumlah warga membawa serta balita untuk menjalani pemeriksaan berat dan tinggi badan.
Berdasarkan data di kelurahan setempat terdapat 50 balita rawan tengkes, sebanyak 21 di antaranya sudah keluar dari status tengkes.
"Anak-anaknya ceria, cuman kadang pendeknya agak kurang, tadi ada yang kurang dua cm, tiga cm, kurang satu cm dari standar WHO. Tadi teman-teman melihat mereka sehat, normal. Tidak yang seperti yang saya bayangkan kondisinya," imbuh Heru.
Saat ini, kata dia, setelah melalui intervensi pihaknya memastikan ada penurunan kasus tengkes sekitar 17 persen atau sebanyak 134 kasus sudah dikeluarkan dari status tengkes.
Begitu juga tempat lain, kata dia, juga mengalami penurunan kasus tengkes misalnya di Kecamatan Koja turun sebanyak 114 kasus, Penjaringan turun 115 kasus, Tanjung Priok turun 14 persen, dan Pademangan turun 10 persen serta Kelapa Gading 22 persen.
Sejumlah kelurahan di Jakarta Utara bahkan memiliki program tersendiri menurunkan tengkes seperti di Semper Barat yakni Sebar Cinta atau Semper Barat Cegah Stunting Balita.
Sebelumnya, BKKN menyebutkan DKI Jakarta setidaknya memiliki sekitar 790 ribu balita. Namun, angka prevalensinya diperkirakan menyentuh 14 persen atau sekitar 110 ribu balita menderita tengkes.
Baca juga: BKKBN minta pencegahan tengkes dilakukan sebelum menikah
Baca juga: Jakarta Utara cegah remaja putri anemia untuk kurangi tengkes
Baca juga: Heru telusuri penyebab DKI masih kantongi kasus tengkes
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023
Tags: