Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia diperdagangkan dengan hati-hati dan obligasi mengalami kerugian kecil pada Selasa pagi, karena investor bersiap untuk minggu penting yang mencakup serangkaian pertemuan bank sentral dan laporan keuangan perusahaan serta data ekonomi utama AS.

Di awal perdagangan Asia, indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang melemah 0,1 persen. Saham berjangka AS, e-mini S&P 500 naik 0,1 persen.

Indeks saham Nikkei Jepang turun 0,1 persen, indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,2 persen, indeks saham unggulan China CSI 300 tetap datar di awal perdagangan, serta Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka naik 0,4 persen.

Investor secara luas memperkirakan Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu (1/2/2023). Pengumuman suku bunga akan dirilis pada Kamis (2/2/2023) dari Bank Sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB) - dan keduanya diperkirakan akan menaikkan suku bunga 50 basis poin.

Sementara itu, lebih dari 100 perusahaan S&P 500 termasuk Apple, Amazon.com dan induk Google Alphabet diperkirakan akan melaporkan hasil minggu ini, yang juga akan melihat publikasi angka ketenagakerjaan AS yang diawasi ketat.

"Ini adalah minggu yang besar bagi bank-bank sentral dan ekuitas AS, dengan ... beberapa perusahaan ternama akan membuat pengumuman laba yang akan memberikan gambaran mikro ekonomi makro," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

"Kami memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin (AS) dan mengantisipasi bahwa Fed akan berhati-hati terhadap jeda awal dalam siklus pengetatan... Selera risiko bisa rentan terhadap koreksi."

Pada Senin (30/1/2023) saham AS melemah dengan jatuhnya indeks utama terbebani oleh penurunan teknologi dan saham perusahaan raksasa lainnya.

Dow Jones Industrial Average turun 0,8 persen menjadi 33.717,09 poin, S&P 500 turun 1,3 persen menjadi 4.017,77 poin dan Komposit Nasdaq jatuh 2,0 persen menjadi 11.393,81 poin.

Meskipun mengalami penurunan pada Senin (30/1/2023), S&P 500 tetap berada di jalur untuk membukukan kenaikan Januari terbesar sejak 2019.

Pada akhir pertemuan kebijakan dua hari Fed pada Rabu (2/2/2023), investor akan terpaku pada konferensi pers Ketua Jerome Powell untuk petunjuk apakah siklus kenaikan suku bunga mungkin akan segera berakhir, dan untuk tanda-tanda berapa lama suku bunga bisa tetap tinggi.

Pasar juga akan bergulat dengan membanjirnya data ekonomi AS, yang berpuncak pada laporan penggajian Jumat (3/2/2023) untuk Januari. Investor melihat tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja sebagai faktor kunci dalam menurunkan inflasi yang tinggi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tetap kuat menjelang pertemuan bank sentral dan data ekonomi, dengan imbal hasil pada obligasi 10-tahun yang jadi acuan berdiri di 3,5384 persen dibandingkan dengan penutupan AS 3,551 persen pada Senin (30/1/2023).

Imbal hasil dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang akan suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 4,2402 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,261 persen.

Indeks dolar AS yang bersiap untuk bulan keempat penurunannya, turun di 102,19 terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya.

Mata uang tunggal Eropa naik 0,1 persen hari ini di 1,0852 dolar, setelah naik 1,4 persen dalam sebulan.

Di pasar energi, minyak mentah AS naik 0,2 persen menjadi 78,02 dolar AS per barel sementara minyak mentah Brent diperdagangkan di 84,9 dolar AS per barel di awal sesi Asia.

Emas sedikit lebih tinggi. Emas spot diperdagangkan pada 1.922,91 dolar AS per ounce.

Baca juga: IHSG cenderung variatif jelang pertemuan The Fed
Baca juga: Saham Inggris untung hari ketiga, indeks FTSE 100 menguat 0,25 persen
Baca juga: Wall St ditutup turun tertekan ekuitas "megacap" jelang pertemuan Fed