Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa bendungan baru yang diresmikan Presiden RI Joko Widodo telah efektif mereduksi luapan Sungai Tondano, Sulawesi Utara, yang mengalir ke Manado.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Senin (30/1) malam menyebut Bendungan Kuwil Kawangkoan di Kabupaten Minahasa, yang diresmikan Jokowi, dapat mereduksi debit aliran Sungai Tondano.

"Ini sudah cukup berfungsi baik, sehingga aliran sungai Tondano itu cukup berkurang debitnya, daripada debit biasa pada kejadian banjir di tahun-tahun sebelumnya," ujar Abdul.

Abdul menjelaskan, Manado sering diterjang banjir bandang. Pada tahun 2013 menewaskan 20 orang, dan yang terparah di tahun 2014 menewaskan 25 orang.

Abdul menambahkan, menurut laporam Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan di kota Manado itu sempat mencapai 300 mm, yang jika dikumulatifkan merupakan curah hujan dua bulan, yang terjadi dalam satu malam.

Lebih lanjut Abdul menjelaskan, dari enam sungai yang melewati Manado, yang baru tereduksi debitnya adalah sungai Tondano, yang dipengaruhi Bendungan Kuwil Kawangkoan. Namun debit air di sungai-sungai lainnya masih cukup signifikan membawa dampak banjir.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto juga menyampaikan, di tempat-tempat yang saat ini masih berpotensi menjadi sumber luapan air, akan menjadi fokus penataan ulang kawasannya mulai dari penduduknya hingga pembangunan tanggul-tanggul dekat sungai untuk mereduksi luapan air, yang akan melibatkan Kementerian PUPR.

"Nanti kita harapkan di tahun-tahun berikutnya itu kalaupun harus terjadi, dampak tidak sebesar itu. Kalau bisa tidak ada dampaknya, karena itu yang menandakan bahwa tahun ini kita kerja. Kalau tiap tahun ini lagi dengan jumlah korban yang relatif sama artinya tidak ada perubahan yang kita lakukan," ujar Abdul.

Abdul menjelaskan pada kejadian banjir Manado, posisi rumah masyarakat dekat dengan sungai. Jadi ketika air meluap, atau debit air sungai tinggi, secara tidak langsung rumah yang ada di sepanjang bantaran sungai itu akan langsung terdampak.

"Karena begitu ada pemukiman di sepanjang bantaran sungai akan terjadi penyempitan badan sungai, dan penyempitan badan sungai makin tahun makin sempit," ujar dia.

Abdul juga mengingatkan bahwa ketika ada pemukiman dan manusia, di situ aspek sosial mempengaruhi banjir, seperti surface runoff-nya, sedimentasinya, limbahnya, baik limbah rumah tangga maupun sampahnya dari hulu yang membuat sumbatan sampah menjadi luar biasa.
Baca juga: BWSS I Sulawesi: Manado butuh sistem peringatan dini banjir di hulu
Baca juga: Lima kelurahan di Manado banjir setinggi 1 meter
Baca juga: DAS Tondano masih mengirim sampah ke Bunaken