"Kami telah merancang para ibu yang sedang melahirkan dan punya risiko tinggi untuk dirujuk, kami siapkan tempatnya yaitu di Bapelkes," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kaltim dr Jaya Mualimin di Samarinda, Senin.
Jaya mengungkapkan peristiwa meninggalnya ibu dan bayi disebabkan beberapa hal diantaranya karena terlambat dalam penanganan dan terlambat dalam diagnosa,
Sehingga dengan kejadian itu, maka Dinkes akan fokus dalam ANC1 atau konsultasi saat kehamilan ibu, baik konsultasi pertama sampai konsultasi keenam, dan cakupan harus 95 bagi ibu-ibu yang sedang hamil.
"Kita juga membenahi penanganan gizi pada balita, karena berdasarkan survei terbaru, kita itu naik 1,1 persen terhadap balita stunting. Kita akan segera membenahinya dan fokus masalah tersebut," jelasnya.
Baca juga: Prevalensi stunting Kaltim naik menjadi 23,9 persen
Baca juga: Pencegahan stunting melalui calon ibu di Kaltim tercapai 104,7 persen
Untuk angka absolutnya terhadap jumlah kematian ibu dan bayi, lanjut Jaya, tahun 2022 itu 73 kematian per tahun dan tersebar di seluruh kabupaten dan kota se-Kaltim.
Angka kematian terbanyak di Kabupaten Kutai Kartanegara 24 kasus dan Samarinda 20 kasus, sementara di daerah lainnya di bawah 5 kasus.
"Pekan depan kita akan melakukan rapat koordinasi dengan dua dinas kesehatan Kutai Kartanegara dan Samarinda," ujarnya.
Jaya menambahkan tahun 2021, kematian ibu dan bayi sekitar 168 kasus, dan jumlah tersebut penyebabnya adalah pandemi COVID-19 pada waktu itu.
"Kami akan terus berupaya menekan angka kematian pada Ibu dan anak ini, kalau bisa semua proses kelahiran harus sehat kedua-duanya," kata Jaya.
Baca juga: Prevalensi stunting di Kaltim turun 5,29 persen
Baca juga: Cegah stunting di Kaltim dengan asupan protein hewaniUntuk angka absolutnya terhadap jumlah kematian ibu dan bayi, lanjut Jaya, tahun 2022 itu 73 kematian per tahun dan tersebar di seluruh kabupaten dan kota se-Kaltim.
Angka kematian terbanyak di Kabupaten Kutai Kartanegara 24 kasus dan Samarinda 20 kasus, sementara di daerah lainnya di bawah 5 kasus.
"Pekan depan kita akan melakukan rapat koordinasi dengan dua dinas kesehatan Kutai Kartanegara dan Samarinda," ujarnya.
Jaya menambahkan tahun 2021, kematian ibu dan bayi sekitar 168 kasus, dan jumlah tersebut penyebabnya adalah pandemi COVID-19 pada waktu itu.
"Kami akan terus berupaya menekan angka kematian pada Ibu dan anak ini, kalau bisa semua proses kelahiran harus sehat kedua-duanya," kata Jaya.
Baca juga: Prevalensi stunting di Kaltim turun 5,29 persen
Baca juga: Pemprov Kaltim targetkan penurunan kasus stunting 14 persen pada 2024